Be the best version of yourself. | Photo Credit: Favim |
Dulu, ada suatu ketika saya sering merasa minder dengan kekerenan teman-teman dalam inner circle saya. Minder super berat.
Ada pencapaian-pencapaian tertentu dari mereka yang membuat saya berpikir: aku bukan orang kaya gitu, aku ngga bisa kaya mereka, setiap kali kami berkesempatan untuk berkumpul suatu ketika. Pun, pada akhirnya, saya hanya akan menjadi pendengar aktif demi mengamati betapa kerennya mereka—dan menekuri betapa tidak beruntungnya saya karena tumbuh menjadi seseorang menjadi tidak keren, seperti mereka.
Setelah berkumpul, biasanya saya langsung drop karena merasa bukan apa-apa dengan kerennya mereka, bukan siapa-siapa. Pun, sekadar bermimpi menjadi mereka, saya tidak akan sanggup. Goals yang saya buat, sesuai dengan idealisme saya waktu itu, tiba-tiba saja berubah menjadi mimpi kosong yang membuat saya merasa kecil dibandingkan mereka.
Tingkat kebermanfaatan enol. Tingkat idealisme pemula. Tingkat kekerenan ingusan.
Atas dasar tidak berdaya dengan kata-kata buruk yang memeluk, akhirnya saya menyerah. Saya mundur teratur dari lingkaran pertemanan, diam-diam, karena merasa tidak layak untuk terus berteman dengan mereka.