Sadarkah kita, empat Bulan Lagi Ramadhan
Selasa, Mei 08, 2012
Nama : Asma Karimah
Kelas : XI IPA 2
No. Absen : 08
Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirrabbil’alamin.
Wa shalatu wa salamun ‘ala asyrofil am yaai wal mursalin. Wa’ala alihi
wasihbihi ajma’in. Ammaba’du
Hadirin yang
dirahmati Allah.
Kita, sering
di ibaratkan sebagai musafir. Yaitu, orang yang sedang menempuh perjalanan
menuju satu tujuan. Seorang musafir, saat ingin melakukan perjalanan, pasti
lebih dulu bersiap dan menyusun perbekalan yang akan dibawanya untuk sampai ke
tujuan yang di inginkan.
Kita
mempunyai penggalan waktu dan kesempatan yang sangat berharga dalam hidup ini.
Dan penggalan waktu itu bernama bulan Ramadhan. Sadarkah teman-teman bahwa 4
bulan lagi Ramadhan tiba? Semoga saja kita termasuk dalam hamba-hamba Allah
yang usianya bisa mencapai bulan mulia itu.
Berbincang
mengenai Ramadhan, rasanya belum terlalu lama kita bercengkrama dengan bulan
Ramadhan, shalat taraweh berjama’ah di masjid dengan jama’ahnya yang semakin
hari semakin berkurang, tadarusan, Nuzulul Qur’an, shalat malam, dan berbagai
aktifitas ibadah lainnya, mudik macet, lalu kemudian lebaran. Dan yang tak
pernah ketinggalan adalah diundang buka bersama di sana-sini. Ramadhan menjadi
ajang kangen-kangenan, menjadi momen silaturahmi yang memilukan saat bertemu
kawan lama yang sudah lama tidak bertemu karena kesibukan.
Tidak lagi
masanya, ketika kita sadar bahwa Ramadhan kian dekat, lantas kita hanya berdiam
diri dengan bermalas-malasan menyongsong Ramadhan tiba, kemudian malah terpekik
ketika Ramadhan sudah datang. Masih banyak yang harus dibenahi dalam diri kita
setelah melewati Ramadhan tahun lalu, bahkan mungkin kita masih saja seperti
yang dulu, miskin ibadah, minim amal, dan sedikit kebaikan, namun belum juga
melakukan perbaikan yang berarti. Sekarang ini, kesadaran kita sedang diketuk,
diingatkan akan semakin dekatnya bulan Ramadhan di tengah ketidakberdayaan kita
menaklukkan duniawi di gemerlapnya era globalisasi.
Tidak lagi
masanya juga, ketika saya berdiri di sini, berbincang dengan teman-teman semua
mengenai Ramadhan yang akan datang, kemudian yang saya bagi kepada teman semua
adalah pengertian puasa Ramadhan, perintah Allah untuk menjalankan Puasa
Ramadhan seperti firman Allah dalam Q.S Al-Baqarah ayat 183, mengenai hal-hal
ini itu yang berkaitan dengan benar tidaknya kita dalam berpuasa. Bukan. Bukan
pula mengenai rukun-rukun puasa, atau syarat wajib puasa, syarat sah puasa.
Bukan. Selain karena hal-hal tersebut tadi sudah amat familier di telinga kita,
ternyata masih banyak hal penting lainnya yang sering kali kita lupakan dan
abaikan. Yakni, kesadaran kita akan datangnya Ramadhan dengan lebih awal.
Mengingatkan
diri kita akan datangnya Ramadhan lebih awal, sama artinya dengan memberi
kesempatan kepada diri kita sendiri untuk meminta yang lebih banyak. Kita harus
sadar bahwa kelalaian kita lebih banyak. Kesibukkan kita lebih beragam.
Terkadang satu bulan waktu kita, berlalu tanpa terasa karena kesibukkan kita
yang memang seperti tidak memberi jeda kepada kita untuk beristirahat. Karena
itulah, menyadarkan diri kita lebih dini akan datangnya Ramadhan, adalah sebuah
antisipasi yang tepat agar kita tidak kaget menakala kita menjumpai diri yang
sudah tidak berdaya.
Doa yang
paling dicintai Allah adalah doa yang terus menerus dipanjatkan dalam waktu
yang lama, tanpa henti. Allah sangat suka mendengar hamba-Nya yang merengek,
mengulang-ulang permintaannya. Tetapi doa bukan sekadar waktu yang lama, bukan
pula hanya mengulang-ulang permintaan. Namun, kita perlu hal lain, yaitu hati
yang bersih dan keyakinan akan terkabulnya doa. Tidak ada dosa berdoa dengan
menggunakan bahasa kita sendiri, karena Allah SWT. Maha Mendengar dan Maha
mengetahui apa saja yang kita ucapkan.
Mumpung
Ramadhan masih empat bulan lagi, kita masih punya kesempatan untuk memperbanyak
doa, membersihkan hati, menyucikan jiwa, meluruskan niat agar doa kita diterima
Allah SWT. Mudah-mudahan doa kita yang sekarang, membawa kita untuk menyaksikan
kembali terbitnya hilal sebagai pertanda masuknya bulan Ramadhan, kemudian
dilanjutkan dengan doa, “Ya Allah, selamatkan aku untuk Ramadhan dan selamatkan
Ramadhan untukku dan selamatkan dia sebagai amal yang diterima untukku.” (HR.
Thabrani dan Dailani)
Ramadhan
adalah tamu agung dan dengan meyakini keutamaan dan kemuliaan Ramadhan, tentu kita
akan memperlakukannya dengan sangat istimewa. Dan karena itu, persiapan yang
harus kita lakukan juga harus lebih dini, lebih baik, lebih matang, melebihi
persiapan kita untuk tamu-tamu kita yang lain. Persiapannya tentu saja berbeda,
karena Ramadhan adalah tamu yang tidak berwujud. Menyiapkan hati dan jiwa
menjelang kedatangannya itulah yang harus kita lakukan. Persiapan itu adalah
dengan cara membersihkan diri, mendekatkannya kepada Allah, menyesali segala perbuatan
yang melanggar perintah-Nya, bertekad untuk konsisten dalam melakukan ketaatan
kepada-Nya.
Makna
persiapan ini, sesungguhnya bukan hanya untuk Ramadhan. Karena kita memang
harus selalu bersiap, membekali diri dengan banyak amal shalih karena kita
tidak pernah tahu kapan ajal akan datang menjemput. Ramadhan adalah tamu agung
yang akan membuka kesempatan luas untuk mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya,
tapi apakah Ramadhan akan bertemu kembali dengan kita atau tidak, kita tidak
pernah tahu. Maka persiapan kita untuk hari-hari esok sesungguhnya harus selalu
dilakukan kapan saja, bukan hanya dalam empat bulan ini. Seterusnya dan
seterusnya, karena semakin matang persiapan kita akan semakin baik akibatnya
buat diri kita.
Dan perlu
digaris bawahi, bahwa bukan hanya kita yang melakukan persiapan menyongsong
Ramadhan sejak sekarang. Karena syaitan pun kini sudah melakukan perencanaan
dan persiapan matang untuk datangnya bulan penuh ampunan Allah tersebut.
Syaitan merancang berbagai cara untuk mengganggu, membisikkan, melemahkan
tekad, memesongkan niat, mengacaukan segala kondisi yang bisa berakibat
seseorang tidak memperoleh keutamaan Ramadhan yang luar biasa.
Karena
itulah, mari kita berlomba-lomba mempersiapkan segala sesuatunya untuk
menyongsong Ramadhan dengan lebih baik lagi. Ibarat seekor ulat yang berpuasa
ketika menjadi kepompong, kemudian berubah menjadi seekor kupu-kupu yang
cantik.
Wa
billahitaufiq Wal hidayah.
Wassalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
0 COMMENTS
Hello, there! Welcome to harianiseng. Have you travel around here a lot, and get lost? Make sure to pay a visit later! Love.