Fiksimini_ #1
Minggu, September 02, 2012we heart it |
Akhir pekan
di awal September yang gersang. Angin merintih kecil, tangannya menyentil perut
si pohon sawo kecik, menggelitik sedikit,
lalu melambai pada kerumunan daun kuning keemasan di ranting. Pergilah,
jangan ganggu kami. Pergi! salah satu daun kuning keemasan dengan muka
penuh kerut mengusirnya kasar. Tidak mau harinya dirusak si angin nakal.
Bagaimana
hari kalian?, kata Angin bersemangat, tak acuh. Pipinya bersemu merah
muda, sewarna gaun mungil yang menempel erat di tubuhnya, berkeringat. Kakinya
menggeliat-geliat perlahan, kegelian, merasakan
betapa kumuhnya rerumputan di awal bulan September. Hujan belum datang juga rupanya, seru Angin membatin.
Bosan. Angin
mulai mengeluh, Sepi sekali hari ini. Si Awan Hitam Gendut pasti sedang asyik mengadakan
pesta Lajang terakhirnya bersama Kilat di kota sebelah. Bosan sekali.
Bosaaaaan. Gaunnya digoyangkan perlahan, menyibak kawanan semut dengan
permen cokelat besar-besar di punggung. Matanya mulai berkeliaran, keningnya
berkedut. Tawanya terangkat ketika dilihatnya seorang gadis duduk menunduk di
salah satu pojokan teras bimbingan belajarnya. Sendirian. Berkonsentrasi dengan
bacaan di genggamannya. Baru satu paragraf dia baca, kepalanya terangkat
menengok ke arah jarum jam di tempat pendaftaran, lalu ke ponselnya.Tersenyum
sedikit, kemudian meneruskan membaca. Sebentar-sebentar matanya berlarian di
sepanjang jalan raya ramai di depan, tukang
becak, mobil pelat merah, angkot,motor berseliweran, abang siomay, angkot, motor
bebek lagi, lalu tukang becak yang beli siomay.
Si Gadis
mendesah pelan, menepuk-nepuk pipinya tanpa tahu apa yang sebenarnya ingin dia
lakukan. Menatap pantulan diri di kaca pintu, lama. Lalu merapikan kerudung
putihnya yang tak kusut, membenarkan tali sepatu putihnya yang tak lepas,
menutup ristleting tasnya tanpa semangat, sembari menimbang-nimbang meneruskan
membaca atau tidak. Matanya kembali menelusuri jalan, masih seperti tadi, tak memperdulikan ulah Angin menyibak-nyibakkan
lembaran halaman di bukunya. Angin menggerutu merasa diabaikan. Sedang
memutuskan untuk meraba permukaan kertas di buku si Gadis ketika tiba-tiba
tangannya terjepit. Ditatapnya si Gadis dengan raut kesal, kenapa menutup buku dengan
tiba-tiba?, omelnya, lupa bahwa si Gadis mungkin saja tak bisa
mendengar gumam suaranya.
Si Gadis
tertawa renyah dengan mata yang disipit-sipitkan, rautnya berubah cerah,
terburu-buru memasukkan bukunya ke dalam tas lalu menutup sekenanya. Berlari-lari
kecil, melambai pada seorang pria berkacamata yang baru datang. Lalu naik ke
boncengan motor dengan bersemangat, kemudian melaju pergi.
Ah,
menunggu seseorang rupanya, kata Angin takjub sembari melihat si Gadis
dan Prianya menjauh.
3 COMMENTS
hei makasih sudah berkunjung aku dah follow, follow balik ya :)
BalasHapusiya :)
Hapusditunggu kelanjutannya ya ;)
BalasHapusHello, there! Welcome to harianiseng. Have you travel around here a lot, and get lost? Make sure to pay a visit later! Love.