Dokter, saya seorang gadis berumur tujuh belas tahun. Setiap kali datang menstruasi hari pertama, saya
selalu mengalami sakit perut pada bagian bawah. Bahkan beberapa kali hampir
pingsan karena tidak kuat menahan nyeri. Kira-kira Pasti-pastinya saya
sakit apa, ya, Dok?
Asma Karimah, 17tahun
Gadis imut rumah sebelah; obsesi
pemilik rumah seribu buku
.................
Ehem..
Sebenarnya
saya bingung bagaimana mengawali postingan
kali ini. Bukannya sok merasa penting dan sok harus dipentingkan, sih. Tapi
rasanya memang penting. Jadi kurang nge-klik rasanya kalau pembukaan postingan yang ini cekakak-cekikik kayak
biasanya.
Nah,
paragraf epilog tanya dokter-nya
sudah cukup untuk mewakili apa yang mau saya ceritakan kali ini, bukan? Jangan tanya dokternya siapa, soalnya saya
juga kurang tahu kemarin saya tanya sama siapa. Saya sendiri bukan dokter. Saya
cuma perempuan kecil yang pandai bermimpi daaann.. pandai tidur.. tetep aja ngga
boleh ketinggalan hahaha
Saya
mau cerita, kemarin saya kena dismenore,
untuk yang entah keberapa kalinya. Kemarin
itu hari Kamis lalu, 28 Maret 2013, hari terakhir Ujian Sekolah, Mata
Pelajaran Bahasa Perancis. Dismenore kemarin,
yeah, lumayan, maksud saya; lumayan parah untuk orang segemuk saya; lumayan parah untuk ngomel-ngomel sama
diri sendiri kenapa harus menstruasi hari pertama di sekolah. Lumayan untuk harus duduk tegang
sembilan puluh menit ;menahan nyeri; sambil sebelah tangan menekan-nekan perut.
Parah untuk yeaaaaah, ngga perlu bayangin untuk tahu gimana ngga konsennya saya
sepanjang mengerjakan soal.
Pernah
mendengar soal dismenore, bukan? Atau
malah pernah mengalaminya sendiri? Sesering apa kamu mengalaminya? Jadi pasien
pengidap dismenore kambuhan yang setiap
bulan selalu meraung-raung mengamuki siapa saja yang lewat seperti saya?
Heyy..
jangan-jangan kita berjodoh {} Aku dan
Kamu, penderita dismenore garis keras! Ouch,
sepertinya ini bukan hal yang patut dibanggakan, Kawan K
Oke, fokus, Ma!
Kamu
belum tahu dismenore?
Dismenore ini lebih
terkenal di lingkungan metropolitan tempat
saya dan cewek-cewek cantik tinggal sebagai ;nyeri perut hari pertama menstruasi. Dismenore adalah rasa sakit
yang menyerupai kejang, terasa di perut bagian bawah, biasanya dimulai 24 jam
sebelum haid dan berlangsung sampai 12 jam pertama dari masa haid (Surtiretna,
2001).
The awful moment ketika
kamu seharusnya bisa joget India-Indiaan
dan ketawa kecret tapi yang ada malah duduk diam hidup segan mati tak mau. This awful moment untuk selanjutnya akan
saya sebut dengan dismenore saja, ya.
Selain menghemat waktu dan karakter setiap kali saya menulis, dengan adanya
kata-kata ‘dismenore’ di sepanjang postingan kali ini sepertinya akan
berdampak baik pada pencitraan orang
pandai. Hahaha!
Pada
salah satu artikel yang saya baca, dismenore
dikata-katai dikatakan sebagai hal
biasa yang dialami oleh perempuan menjelang atau selama menstruasi
berlangsung. Namun bagi saya, dismenore tetap tidak akan pernah menjadi biasa meskipun
setiap bulan saya selalu mengalaminya. Apabila yang disebut dengan biasa adalah hal tersebut terjadi
berulang-ulang, membuat kita terbiasa sampai akhirnya menjadi sebuah kebiasaan.
Maka, dismenore hanya memenuhi satu
dari tiga prasyarat yang saya sebutkan.
Iya, untuk dismenore yang berulang-ulang telah
menikam saya perlahan. Tidak untuk bagaimana mungkin saya bisa terbiasa menahan
nyeri luar biasa setiap bulannya? Tidak. Apalagi sampai menjadi kebiasaan. Pftt.. No way!
Dalam
artikel dijelaskan penyebab dismenore bisa
bermacam-macam; misalnya karena suatu proses penyakit semacam radang panggul (oh, tidak -___-), endometriosis; keadaan di mana endometrium terletak di luar
rongga rahim, tumor atau kelainan letak uterus, selaput dara atau vagina tidak
berlubang, dan stres atau kecemasan yang berlebihan. Penyebab dismenore yang tersering adalah
terjadinya ketidakseimbangan hormonal.
Lebih
mengerikan lagi; ketika saya memutuskan untuk melanjutkan membaca; dismenore ini merupakan gejala khas
indikasi penyakit endometriosis
apabila tidak diobati akan dapat merusak alat-alat reproduksi perempuan
sehingga menyulitkannya untuk hamil. Pencegahan yang terbaik adalah dengan
memeriksakan diri ke dokter spesialis kandungan saat mengalami keluhan
tersebut.
Saya
kurang paham pada bagian yang ini, tapi sepertinya kurang mengenakkan ketika
saya pada akhirnya menikah kelak dan harus rela dimadu karena tidak bisa hamil
-___- Saya rasa dismenore saya tidak akan pernah menginjakkan
kakinya pada tahap indikasi endometriosis. Tidak, dan sebaiknya jangan. #Menyugesti diri sendiri.
Dismenore dapat juga
ditangani dengan berolahraga teratur ;oh
saya akhir-akhir ini kurang olahraga; banyak mengonsumsi sayur dan buah, menggosok
perut atau pinggang yang sakit. Kalau saya minum obat analgetik atau penghilang
rasa sakit. Kemudian berpikir positif kalau nyeri perutnya bakalan cepet-cepet
pergi dan ini cuma sekadar nyeri perut
biasa.
Oh
ya, yang ini paling penting. Jangan jadi perempuan yang gampang ngeluh selama dismenore-mu kambuh. Ngga ngeluh aja udah segitu sakitnya, gimana kalau seharian kamu ngeluh, nyalah-nyalahin banyak orang, dan nyesel dilahirin jadi perempuan. Memangnya setelah bersumpah serapah dismenore-nya bisa tiba-tiba hilang, hilang, hilangg?
.................
Tiba-tiba
saya ingat kejadian ketika dismenore saya
kumat,
“Ama periksa aja, ya. Daripada kenapa-kenapa
kalau sakit banget kayak gitu,” —
Andi, 17 tahun.
Kemarin
itu, hari ketika sumpah saya dilanggar
oleh saya sendiri. Dulu saya pernah janji, ngga
bakalan pernah dapet hari pertama di sekolah. Ngga bakalan ada yang boleh lihat
waktu aku hari pertama dapet kayak apa rasanya.
Tapi
ternyata.. alay ya pake sumpah segala hahaha. Apa boleh buat udah dilanggar
-__-
Harapan
saya saat ini, sampai postingan ini
selesai saya ketik,
Semoga
saya bukan termasuk orang yang kena batunya, bukan deretan orang yang ‘menyesal
di belakang’, setelah cuma sekadar bilang ‘iya’ waktu ada orang baik yang
mengingatkan.
Semoga
kenapa-kenapa yang ada untuk saya adalah kenapa-kenapa yang menyemangatkan,
yang indah pada waktunyaaaaa~
Aamiinn..