"Kebahagiaan adalah tidur dengan bantal yang penuh dengan air liur, bukannya air mata..." —Theoresia Rumthe. Alone. | Photo Credit: tumblr. Saat terlalu banyak menelan gundah di kepala dan tidak dapat mengobrol dengan siapa-siapa, biasanya saya begitu ingin menulis. Sendirian. Kalau sudah begitu, yang saya lakukan adalah cepat-cepat pulang ke rumah. Menyeduh teh manis. Meredupkan lampu kamar. Ganti baju longgar. Menepuk bantal mencari posisi...
Photo Credit: Favim.com “Selamat atas kelahiran putrimu, Samudera. Manis sekali. Besar nanti, dia pasti akan segera melanjutkan mimpi-mimpimu.” Suaraku menggema di sudut rumah sakit yang aku datangi tengah malam ini. Lembab. Gerimis masih sibuk menangis seharian. Lengkingan perempuan-perempuan dengan perut membuncit membungkus permukaan. Bayi-bayi baru lahir dilempari desah kelegaan. “Pulanglah,” Samudera, pacar pertamaku, ternyata masih mempesona pendengaranku. “Sudah malam, Meda.” Aku menggeleng, “Apa...
Photo Credit: favim.com Untuk sepotong hati tempat saya biasa mengumpulkan rindu. Untuk sejumput sosok yang dulu selalu tersenyum setiap kali saya memanggil: Mas. Yogyakarta tengah kegerahan ketika saya (akhirnya) berusaha menuliskan sepucuk surat ini. Meskipun saya tahu, Mas mungkin saja tidak sempat membacanya kali ini. Tapi tidak apa-apa, Mas. Toh saya memang senang melakukannya. Mas masih ingat, kan, tentang kebiasaan saya yang pandai...