Surat Cinta 15: Untuk Mantan
Selasa, April 01, 2014Photo Credit: favim.com |
Untuk sepotong hati tempat saya biasa mengumpulkan rindu. Untuk sejumput sosok yang dulu selalu tersenyum setiap kali saya memanggil: Mas.
Yogyakarta tengah kegerahan ketika saya
(akhirnya) berusaha menuliskan sepucuk surat ini. Meskipun saya tahu, Mas mungkin
saja tidak sempat membacanya kali ini. Tapi tidak apa-apa, Mas. Toh saya memang senang melakukannya. Mas
masih ingat, kan, tentang kebiasaan saya yang pandai merayakan perasaan lewat
rangkaian kata?
Semalam, saya menemukan tumpukan kartu pos
kiriman dari Mas. Berjejalan di kotak bekas sepatu yang, entah sejak kapan,
menyendiri di sudut kamar. Ketika saya mengeluarkan mereka— pelan-pelan, hati
saya melarang untuk kembali menangis karena mengingat Mas. Mereka penuh
kenangan. Mas tahu itu, kan? Sampai saat ini, saya bahkan masih saja pandai
mengingat momen ketika Mas mengirimkan kartu-kartu itu lewat pos.
Ada selembar kartu pos yang paling saya
sukai. Siluet seorang gadis berkepang dua, tengah menari di bawah hujan. Mengotakkan
si matahari petang yang mengintip sedikit, menyuarakan keemasan di palet Maha
Sempurna-Nya. Potret yang memerangkap mata saya sekian detik setelah
menerimanya di genggaman.
Lalu bagian lain yang menjadi favorit saya
adalah pesan Mas di lembar baliknya. Dengan tulisan semrawut dan sulit terbaca —mungkin
Mas menulisnya di atas laju kereta, atau berdesakan di peron dengan backpacker lain— ada kerinduan yang Mas
selipkan di sana.
Katanya: ‘Banyak orang susah payah mencari kebahagiaan hingga ke ujung dunia.
Padahal, bahagia itu sederhana. Seperti gadis kecil ini, yang pandai merayakan
hatinya dengan main hujan. Atau seperti kamu, Dek. Kamu pandai membuat Mas
tersenyum. Bahkan di kali waktu Mas mengingat masamnya rautmu ketika merajuk. ‘
Ah, Mas. Itu kalimat paling romantis yang
pernah Mas berikan kepada saya selama kita masih bersama, bukan?
Saya tahu, Mas bukan tipe pria yang
berkemeja licin dengan bunga mawar di kali pertama kita berkencan. Mas juga
bukan sesosok pria yang pandai melemparkan rayuan manis pada saya, bahkan
(lagi-lagi) ketika saya ngambek karena Mas lupa janji menjemput saya sepulang
sekolah. Mas juga bukan bagian dari pria yang membuat gadis-gadis lain menahan
napas setiap kali Mas lewat.
Mas hanyalah seorang pria dengan kaos yang
itu-itu saja, mudah berkeringat saat makan, pandai menenangkan saya saat marah,
terdiam setiap kali saya mulai mengomel ketika menstruasi.
Sepertinya Mas harus tahu, saya tidak
pernah menyangka bisa jatuh cinta pada Mas.
Ketika gadis lain saling pamer kencan
mereka di restoran mewah, Mas hanya mengajak saya ke toko buku atau menggandeng
saya makan siang di warung rames dekat kampus Mas. Atau mendengar betapa romantisnya
mereka menghabiskan malam berpeluk di atas kendaraan keluaran terbaru, Mas hanya
mengajak saya bepergian naik angkutan umum. Memilihkan saya tempat duduk dekat
jendela agar tidak mabuk. Mas pun tidak pernah pamer barang-barang canggih yang
sama-sama tidak saya miliki.
Mas sosok sederhana. Dan kesederhanaan Mas itulah
yang akhirnya mampu membuat saya jatuh hati pada Mas. Berkali-kali. Saya tahu,
saya jatuh cinta pada Mas dengan begitu sederhananya. Sayangnya, melepas Mas
ternyata bukan lagi persoalan enteng.
Ah, Mas. Kapan terakhir kali Mas membuka
blog ini?
Tiba-tiba saya kangen pada celetukan Mas
yang menyebalkan setiap kali saya pamer postingan
baru. Atau muka sok bingung milik Mas yang pura-pura belum membaca posting yang saya tuliskan untuk Mas. Sengaja.
Ingin membuat saya merajuk seharian.
Padahal saya tahu, Mas nyatanya tidak pernah
alpa menengok blog saya setiap harinya. Padahal saya yakin, Mas ternyata salah
satu pengagum rahasia blog saya di garis terdepan. Salah satu pembaca setia,
dari sedikit sekali orang yang menunggu-nunggu postingan terbaru. Saya kangen, Mas.
Oh, iya. Saya masih ingat kalau hari ini
ulang tahun Mas. Sudah berapa tahun, Mas? Dua puluh satu, ya. Hei. Untuk ukuran
seorang gadis berseragam SMA seperti saya, umur dua puluh satu itu ternyata
kelihatan tua sekali lho, Mas. Hehehe. Jadi, Mas ingin hadiah apa tahun ini?
Biasanya setiap kali ditanya ini, Mas langsung cerewet sendiri mendaftar
barang-barang yang Mas inginkan. Ah, Mas memang matre kok ternyata. Wee! :p
Sayangnya, tahun ini kita tidak bisa
merayakannya bersama-sama lagi, ya. Tahun lalu, Mas pergi satu hari sebelum
hari ulang tahun, Mas. Momennya tepat sekali. Lalu, Kak Theo tadi bilang,
orang-orang yang meninggal menjelang ulang tahunnya adalah orang-orang terpilih.
Mereka adalah orang-orang yang dikasihi Tuhan karena bisa merayakan ulang tahun
bersama Tuhan di sana.
Ah, pantas saat itu Mas semangat sekali
pergi menemui Tuhan. Ternyata ada kodenya. Ini bulan ke sembilan Mas pergi.
Seperti apa surga, Mas? Semoga Mas tidak kepincut pada bidadari di sana, ya.
Mas bolehnya hanya jatuh hati pada saya saja. Titik.
Selepas kepergian Mas, saya berusaha
memperbaiki hati saya. Dulu kita kompak menghilangkan anak kuncinya, bukan? Membuat
saya kesulitan mengeluarkan setiap bungkusan cinta yang ada. Membuat saya repot
membuang rindu untuk siapa.
Tapi, Mas. Jatuh cinta pada Mas membuat
saya banyak mengerti. Ada kalanya, jatuh cinta tidak selalu manis seperti
dongeng. Membuat saya tidak lagi takut mencintai dengan penuh. Menggenggamnya
erat-erat supaya tidak lepas. Dan, mencintai dengan kesederhanaan ternyata
semenyenangkan ini, Mas!
Terima kasih, Mas untuk semuanya. Hujan
titip salam. Katanya kangen sama kaos merah muda Mas. Ingin dibuat luntur lagi.
Saya tidak menangis saat menuliskan ini.
Mas lihat kan, betapa kerennya saya?
Yogyakarta, 1 April 2014
Masih gadis yang sama, yang pandai
mencintaimu dengan benar.
p.s
Tulisan ini sebetulnya hanya fiksi. Saya menuliskannya karena sedang membayangkan bagaimana rasanya memiliki pacar yang ternyata harus pergi lebih dulu. Tidak perlu terlalu serius membacanya, ya :))
sun sayang,
ashima.
p.s
Tulisan ini sebetulnya hanya fiksi. Saya menuliskannya karena sedang membayangkan bagaimana rasanya memiliki pacar yang ternyata harus pergi lebih dulu. Tidak perlu terlalu serius membacanya, ya :))
sun sayang,
ashima.
62 COMMENTS
Aku selalu suka baca tulisan kamu. Beneran.
BalasHapusHehehe terima kasih sudah berbaik hati membacanya, Ilham :))
HapusDuh, ini, duuuuhhh... *nggak bisa ngomong* Duuh x_x
BalasHapusIcha mau minum?
HapusDek, ehm, sori terbawa suasana.
BalasHapusBaca tulisan ini asik-asik aja sih, sampe pada akhirnya tahu kalo ternyata cerita cinta kamu (ehm, enaknya manggil apa yak) sama mas itu, dipisahkan oleh umur. Jujur, saya turut sedih. Kamu, ehm, yang kuat ya.. eh kamu kuat kok, yang baca sampe mau nangis gini, yang nulis malah enggak. Yaudah, jangan pacaran2 dulu aja, masih SMA, kan? biar mas itu di sana enggak cemburu he he
Hehehe baik banget Mas Huda ini. Ah, pasti besok sukses deh UN-nya! :))
Hapus:))) bagus mbakk
BalasHapusBaik sekali sudah mampir :))
Hapusaaah..merindinng....
BalasHapusmenggeretek hati ini mbak :)
ah tulisannya bagus
salam kenal mbak
Halo Mutia terima kasih sudah mampir ya :))
HapusMenyentuh sekali surat ini. Bikin trenyuh. Sedih. Fiksi atau beneran sih ini?
BalasHapusHehehe menurut Anita, gimana?
Hapusehem... surat cinta nih.... cie..cie.... ngerry.... merinding..
BalasHapusHahaha apaan Mas Agha.
HapusDuh, yang terkahir: sun sayang -_-
BalasHapusAh, bukan...buat..kamu...sorry...
Hapusduh, mbak asma. endingnya bikin terharu banget :'))
BalasHapusHehehe ngga nyampe nangis kan, dek?
Hapusajarinnnnn :3
BalasHapusAjarin mencintaimu?
Hapusah. surat cinta elo mah keren-keren semua. bikin terhanyut suasana
BalasHapusHehehe seperti Bang Arman yang jago menghanyutkan hatiku...kretek.
Hapusjadi kangen mantan...
BalasHapustanggung jawab inii
Segera. Segera ajak dia kencan malam Minggu ini. Segera.
Hapusyah...udah beneran serius di menjelang akhir-akhir paragraf. Ternyata. Ah keren nih
BalasHapusepic. alur nya dapet banget.. lanjutkeun!
BalasHapusYo! Makasih Bang Rendi.
Hapusenggak nangis waktu nulis tentang matan emang prestasi membanggakan...
BalasHapussuper sekali~
btw, ini ikutan buat kuisnya Benz Bara? :D
Iya dong :))
HapusHehehe iya tapi terlambat dua jam akhirnya ngga jadi ikutan.
Tulisannya bagus, Mirip banget sama gaya tulisan Bang Bara. Ditunggu tulisan berikutnya. :')
BalasHapusIs that? Ah, kok sedih ya dibilang mirip :(
HapusIni yang lombanya Bara bukan sih? tuhkaan, gue udah tahu ujung-ujungnya pasti bakal fiski, wong aslinya ngejomblo pisan. :p
BalasHapusIya, tapi last minute akhirnya ngga jadi ikutan hahaha.
HapusIh, ngeledeknya typo gitu. Emang dasar jomblo suka salah-salah tulis gitu ya ternyata :p
Itu bukan typo. Fiski itu nama ikan dari benua afrika *ngarang betul*
HapusKalian cocok, Jadian gih... Cieeeee ahahah...
HapusEtapi sumfehhh napas gue sesak baca ini... Enak banget bacanya, kebawa suasana.. Ternyata fiksi.. Tp aslikk kerenn...
ternyata fiksi. bagus, tulisannya :)
BalasHapusHehehe sulit ah ada pria yang semacam sempurna banget kaya 'Mas'.
HapusAh, keren Ma!! :D
BalasHapusHalo, akhirnya Rias mampir lagi ke Harian Iseng :))
Hapusjangan terlalu srius? saya sudah telanjur serius!
BalasHapusngena banget fiksinya, hampir nangis ini mah bacanya :''
Hehehe pake hati banget sih, Kak :p
Hapustulisannya bagus. sukses buat saya kembali ke masa lalu. keren loh :D
BalasHapusJangan lupa kembali ke masa depan ya!
Hapuseuy, aku udah serius mbacanya.
BalasHapusdari awal, aku kira fiksi, semakin lama kok kayak kisah nyata, soalnya kan orang jogja manggil pacar lelakinya kan mas, jadi ya aku kira emang asli... pengalaman pribadi...
lah kok ternyata, saya tertipu~~~
Hihihi terombang-ambing ya. Untung bacanya ngga setengah-setengah :))
HapusTulisannya bagus banget. Dari hati banget nih kayaknya... :'))
BalasHapussukaaaaaaa !
Hehehe terima kasih sudah membacanya, Ade :))
Hapustulisanya selalu menarik :))
BalasHapusGila keren abis ceritanya!. Gue kira awalnya ini kisah nyata eh fiksi sodara-sodara...
BalasHapusEniwei, tulisannya bagus dan keren abis.
Benar, keren banget. bagus dan rapi penyampaiannya. Tanpa cela serta sangat menghanyutkan. Itu seakan nyata dan mewakili ungkapan rasa terdalam. Kata-kata yang cenderung sastra. Pasti dari seorang gila baca.
HapusSalam kenal, ini kunjungan pertama saya sebagai sesama BE.
bagus sekali tulisannya. jadi teringat salah seorang sahabat saya yang juga sudah pergi di awal ramadhan tadi, yang kabar kepergiannya pun baru saya ketahui barusan ini.
BalasHapustulisannya mampu membuat saya ikut hanyut, membayangkan hal yang sama. :)
aku kok tersentuh yak, kayak aku yang jadi tokoh utamanya -lah?
BalasHapustapi iya sih seandainya kita kita kehilangan orang yang kita kasihi, membekas dan tak mungkin terobati. halah..
aku kira ini nyata, ternyta fiksi.. -__-
ehh kamu ini kan yg sering aku liat di WB yah, ternyta gabung sama BE, selamat datang dan salam kenal yah :))
Halah, aku terhanyut. Nggak sedih sih, tapi jadi ikut ngerasain jadi si "Dek". Hmm, aku suka sama tulisannya. Kata demi kata yang Dek rangkai membuat Mas jatuh cinta pada tulisan ini. Eh maaf, masih terhanyut sama suratnya :D
BalasHapusKeren nih Ismi. *bingung manggil apa*. Sukses terus ya! Ayo kita bikin fiksi terussss. *sesama pecinta fiksi*
mengalir dan bener-beren rapi. gue selalu suka setiap pindah paragraf, selalu ada 1 hal baru yg terkuak.
BalasHapuskeren banget mbak, sampe bingung mau komen apa.
BalasHapusitu psnya harunya di atas, aku bacanya udah terlanjur serius'e :D
anjir, keren nih...lanjut buat nulis yang bagus bagus lagi...dari tadi bw gu dapet sesuatu yang berkaitan dengan kata 'mantan' deh -_-. btw gue baru mampir kesini nih, salam kenal ya, oh ya follow back dong :)
BalasHapusbahasanya kok asik ya.. ngalir gitu aja~
BalasHapusseolah lagi bercerita dengan santai dan enggak kaku...
awalnya kirain beneran.. kayaknya syahdu banget ada cowok yang sesederhana itu dan ada cewek yang bisa bener2 ngerti juga.. ke perpus, makan nasi rames, naik angkot dan ternyata ini semua hanya fiksi semata :D
tapi asik kok tulisannya.. asli, dalem.
pertama aku bacanya kayak bingung gitu, eh makin kebawa bacanya ternyata ini tentang kangen mantan yang udah pergi ke tempat Dia.
BalasHapusKeren kebawa banget aku bacanya, buat penasaran banget hehe.
Walau ini cuma fiksi tapi kelihatan kalo nulisnya pake hati, sampe-sampe nyentuh ke hati pembacanya :(
coba kemarin gak telat ikut lomba Benz Bara, punya kesempatan buat menang nih :D
Baru ini menemukan kata "Sejumput Sosok" ahahahhaah tapi over all baguss!!!!!!
BalasHapushah! Kak Ashima, bilangnya udah terakhir..
BalasHapusVina udah merinding duluan bacanya *ngambek :|
ini kayak beneran lho mbak..
kalau nggak baca sampai abis, pasti ngiranya inii bukan fiksiii
aaaaaakkk mbak curang :3
Vina udah serius pake banget bacaaanyaaaaahhh :3
kerennn sekeleuuuusss
buatin surat untuk vina dong :D
aduh, ini cumanfiksi ya?? kok dalem banget. begitu aku tahu musabab kalian tidak bersama, mataku langsung meruah,,,rasanya ikutan sedihhh..rasanya terlalu romance..I love your writing!!! salam kenal yaaaa :D
BalasHapussumpah merinding bacanya.....
BalasHapusawalnya saya kira rindu sama mantan .... tapi tidak.....
ternyata pacarnya sudah meninggal.... tapi tidak....
ternyata cuman fiksi... kampret -___-. seketika merinding saya hilang.... istilah jawa nya cegek.
tapi keren lah, sebuah cerita fiksi tapi feelnya dapet,, pembaca masuk kedalam cerita.
Hello, there! Welcome to harianiseng. Have you travel around here a lot, and get lost? Make sure to pay a visit later! Love.