­
In #30harimenulissuratcinta,

Halte: Kamu dan Tunggu

“Halo. Aku datang lagi ke sini.” Saya tengah menunggu kedatangan seorang sahabat baik di salah satu halte angkot di pinggiran kota. Duduk diam dan sibuk melamun. Satu angkot oranye lewat di depan saya meninggalkan klakson, isinya penuh anak sekolah berseragam batik. Membuat saya teringat pada masa-masa berpeluh setiap pagi ketika berangkat sekolah. Bisa dibilang, saya adalah ‘penggemar-terpaksa’ dari angkot sejak SMP. Penggemar-terpaksa karena...

Continue Reading

In #30harimenulissuratcinta,

Mr. G: Tukang Pos Cinta

Hai. Oke. Saya sedikit kesulitan menemukan kata sapaan yang tepat untuk dilemparkan padamu. Kita tidak saling mengenal, eh, mungkin yang benar: belum saling mengenal. Saya baru saja menemukan akun twittermu—yang cukup membuat saya terkejut—beberapa menit lalu. Kepo-kepo sedikit—yang membuat saya lebih-lebih terkejut. Dan berujung pada gelitikan di jemari tidak sabar menuliskan surat untukmu. Saya ingat. Kamu yang beberapa waktu lalu membuat award di...

Continue Reading

In dongeng buku, semacam review

Belajar dari Eliana

photo credit: sumber Beberapa hari yang lalu, saya akhirnya memutuskan membawa pulang ‘Eliana’ milik Tere Liye setelah berpikir-cukup-keras di selasar toko buku. Alasannya, Satu. Suatu pagi, dulu, saya berencana berhenti membeli buku-buku kepunyaan Tere Liye karena sepertinya saya mulai merasa jenuh dengan gaya bercerita beliau yang lagi-lagi seperti itu. Saya yakin, bahwa Tere Liye telah berhasil membuat personal branding di setiap bukunya, tetapi...

Continue Reading

FRIENDS OF MINE

Subscribe