Tentang Perempuan: Simbah
Minggu, Mei 11, 2014
This is a place where grandmothers hold
babies on their laps under the stars and whisper in their ears that the lights
in the sky are holes in the floor of heaven.
—Rick Bragg
Simbah dan Kakung ♥ | Photo Credit: tumblr |
Ada sebuah detik paling hebat dalam
hidup saya, yang kalau itu terjadi, berhasil meletupkan perasaan saya sampai ke
ubun-ubun: mengobrol dengan kesayangan. Lebih lagi, yang jago membuat saya
kangen. Kesayangan saya adalah yang saya sebut dengan keluarga.
Detik paling hebat ini terjadi maghrib
tadi. Sekaligus menjadi detik paling lucu, selepas saya berpikir untuk lebih
menyederhanakan hidup saya. Mengerjakan segala sesuatunya dengan lebih pelan. Selanjutnya,
ponsel saya berbunyi, telepon dari adik perempuan saya.
Saat diangkat:
“Assalamu’alaykum. Halo, Ma? Ama, ya?”
Suara Simbah menyelusup dari seberang.
Detik itu, air mata saya meleleh.
Sudah lama sekali rasanya sejak
terakhir kali saya sowan ke rumah
Simbah, untuk sekadar numpang makan, mengobrol, mampir sebentar, dan tidur
berdua. Mengisi ulang kangen, kalau saya bilang. Juga kalau saya tambahkan
dengan: isi ulang dompet, boleh tidak?
“Ama sehat?”
Terakhir kali bertemu, Simbah baru saja
opname karena ah, penyakit tua, Umi bilang. Hanya satu hari istirahat di rumah
sakit, hari berikutnya sibuk membantu Kakung berjualan di rumah. Keren.
Ditanya kabar, sebetulnya saya ingin
bilang: Asma kesel, Mbah. Kathah laporan
praktikum, tugas, UAS. Kadang pingin wangsul mengkin titip absen. Kangen.
Sayangnya, mengingat perkataan Umi:
kalo cerita sama Simbah yang seneng-seneng aja ya, biar ngga jadi pikiran.
Akhirnya saya bilang, “Sehat, Mbah.” Lalu,
“Hehehe.” Hehehe untuk hidup ini kampret banget, men!
Kata Simbah lagi,
“Uwis maem? Maem enak, mbok ora karo uyah?”
Simbah menanyakan: saya sudah makan
atau belum, lauknya bukan (uyah) garam, kan. Mendengarnya, saya justru spontan
tertawa. Saya lupa ketika itu saya umur berapa, seingat saya seharian saya
tidak mau makan. Bahkan sengaja dibelikan es krim potong untuk hadiah kalau
saya mau makan pun tidak berhasil. Malahan es krimnya yang keburu meleleh.
Simbah yang akhirnya punya ide menyuapi saya nasi berlauk gula jawa.
Iya, seriously.
Dan ini sepertinya sudah jadi gosip
khalayak bahwa, anak kecil yang tidak mau makan akan diberi nasi berlauk gula
jawa atau gula pasir. Meskipun setelah sudah besar begini rasanya aneh, tapi
dulu makanan ini sepertinya pernah menjadi favorit saya. Hehehe. Sekarang
memikirkannya pun sudah eneg duluan.
Duh, maafkan saya makanan-semasa-kecil :’)
Lalu saya bilang,
“Asma yo ngga segitu
kasihannya nyampe makan lauk garam. Ada angkringan. Ada telur. Ada indomie.
Makan kaya gitu mau sekurus apa, nanti?”
“Iya ngga apa-apa. Namanya prihatin, Ma.”
Kemudian mengobrol panjang, berusaha
menguapkan kangen. Sekaligus terapi untuk menyembuhkan hati saya yang porak
poranda ini.
***
Perempuan yang saya panggil Simbah.
Perempuan yang kuat, tidak pernah
mengeluh berkepanjangan tentang kondisi badannya yang sudah semakin renta.
Sesekali memang bercerita soal giginya yang tanggal lagi, pusing saat baru
bangun tidur, sempat terpeleset saat mau ke kamar kecil. Ah, tapi rasanya
Simbah hanya terlalu bersemangat menjalani hari-harinya.
Simbah satu-satunya tersangka saat
saya-masih-SMP baru pulang sekolah, kemudian ada tetangga yang menyapa dengan: ‘Ih, Mba Ama selamat ya baru menang
lomba ini ya kemarin.’ Karena ini pasti Simbah yang (mau) repot-repotnya
menceritakan progress prestasi saya
ketika sedang berbelanja bersama ibu-ibu kompleks.
Entah. Saya sering kangen masa-masa
ini. Masa ketika saya merasa: setidaknya ada yang bangga dengan perjuangan ini.
Masa ketika saya berpikir: harus selalu menjadi yang terbaik dan bisa
membanggakan. Kesayangan. Siapapun.
Meskipun tidak pernah ada yang bilang bahwa,
Simbah mencintai Kakung. Saya tahu. Selama bertahun-tahun, Simbah mendampingi
Kakung dengan setia. Hingga akhirnya hanya tersisa mereka berdua di rumah. Meskipun
dalam keluarga besar kami, saya belum pernah mendengar pasangan-pasangan saling
melemparkan that i-love-you-stuff, tapi
hal perasaan tidak bisa bohong, bukan? Saya tahu. Saya tahu.
Simbah memang sering mengomel ketika
kami, cucu-cucunya, menginap untuk menghabiskan liburan. Entah karena ribut
berantem rebutan mainan. Entah karena kepanasan (di rumah Simbah panas sekali,
memang). Entah karena makanan yang tidak kami habiskan. Atau karena sibuk
menangis meraung-raung minta pulang.
Saat kecil, saya bahkan pernah disuruh pulang
saat sedang asyik-asyiknya bermain petak umpat karena diberi tugas mencabuti
uban kecil-kecil di kepala Simbah. Kamu tahu, kan, uban kecil itu yang bikin
kepala gatal. Saya mau. Bukan karena sayang Simbah, tapi karena diberi upah
lima puluh perak satu helainya.
Hahaha. Iya, saya matre, ya. Dari
kecil.
Terlepas dari omelan-omelan itu, saya
tahu Simbah baik sekali. Baik….sekali pada cucu-cucunya. Pada kami
bertiga-belasan ini, yang sering mengganggu Simbah ketika tidur, yang sering
memberantaki kasur saat main perang bantal, yang sering memecahkan gelas saat
makan besar.
Simbah bahkan mengingat ulang tahun
saya dengan baik. Betapa menyenangkannya menemukan kue cokelat bertuliskan, Happy Birthday! dari Simbah, sementara
teman lain menyelamati saya karena ada pemberitahuan lewat facebook. Meskipun saya sendiri tidak yakin Simbah mengerti apa itu
Happy Birthday, tapi saya yakin,
Simbah sayang dan cinta sekali pada saya. Mewakili cucu-cucunya.
***
Saya banyak berdoa agar Tuhan selalu
melindungi Simbah dan Kakung dengan sebaik-baik kuasa-Nya. Agar Simbah dan
Kakung selalu dimudahkan dalam segala urusannya. Agar nanti, kalau Tuhan sudah
kasih saya kesempatan untuk sukses, saya bisa pamer ke Simbah. Lalu, Simbah
pamer lagi ke ibu-ibu kompleks. Seperti biasa.
Sehat selalu, ya, Mbah. Mengkin prei Asma meh ngriku. Damel mendoan,
nggeh. Hehehe.
Oh ada bonus foto sama Simbah waktu pelepasan kemarin. Spesial. Soalnya saya jelek banget kemarin, jadi ngga foto sama siapa-siapa. Pft.
Yogyakarta, 10 Mei 2014.
Oh, saya butuh tissue. Mata saya panas, mulai kepingin nangis.
ps.
Tulisan ini diikutkan dalam Lomba Blog CIMONERS
ps.
Tulisan ini diikutkan dalam Lomba Blog CIMONERS
http://cintamonumental.blogspot.com |
53 COMMENTS
Simbah... beruntung aku dekat sekali sama simbah dari ayah maupun ibu. Dan sama, mereka juga hebat dan kuat, punya daya juang dan semangat yang besar. Pun begitu dengan Kakung. Yang ku herankan, kenapa semangat itu tak turun ke anaknya kemudian mengalir kedarah cucunya ini? Mungkin karena kedekatan itu, sehingga secara tidak langsung aku dimanjakan oleh 6 orang. Ya mungkin aku terlalu manja.
BalasHapusMakanan masa kecilku juga sama, nasi garam dan pernah juga nasi bergula. Nasi gula tak pernah lagi ku makan, tapi nasi garam masih sering ku rasa saat ibu masih memasak sedang perutku tak tahan sudah keroncongan. Satu lagi, sambal buatan simbah sangat enak, bahkan aku bisa habiskan nasi sampai 3 piring meski cuma berlauk sambal dan tempe buatan simbah. Padahal kalau ibu yang buat, 1 piiring saja sudah malas menghabiskannya. Simbah pernah nyletuk, "Istrimu nanti pasti enak, nggak perlu repot masak, cukup diberi nasi dan garam atau sambal". Padahal dalam hati, "Kalau istriku tak mau masak, ya tak masak dewe ae Mbah".
Ah, jadi berasa bikin post diblog sendiri kalau begini. Komentarnya terlalu panjang, seakan ikut bernostalgia saat membaca tulisan ini :)
Semoga simbah kita semua diberi kesehatan selalu dan dimudahkan untuk segala urusan apapun :)
Ah, pasti ada saja daya juang kua nurun ke Mas Adit, tapi Mas adit sok ngga merasa. Hahaha iyaa ya sudah jadilah suami yang mandiri ya Mas. Sekarang kan zamannya kesamaan gender, jadi laki-lakipun jangan sukanya makan enak doang :p
HapusHehehe ngga apa-apa, Mas aku malah seneng juga kalo ada yang ikutan cerita di sini. Iyaa aamiin semoga masih diberi banyak kesempatan untuk mengobrol lagi kapan-kapan :))
Itu kok 'gaul' banget simbahnya? Sampai ngasih kue bertuliskan Happy Birthday segala.. hehe
BalasHapusBtw, aku udah lama nggak ketemu simbah. Sejak merantau ke Jakarta, cuma bisa ketemu beberapa kali (paling lama seminggu) dalam setahun. Duhh, jadi curhat gini.
Hehehe kan cucunya juga geol betz pake z.
HapusNah, iya jangan kaya Bang Toyib. Pulanglah, Nak.
semoga si mbah cepat sehat ya Asma....
BalasHapusdan diberi umur yang panjang...
kamu harus banyak bersyukur Asma...
kalau kakek nenekku dua-duanya dari pihak ayah dan ibu sudah ngga ada.. jadi kangen juga baca ceritamu ini.. saat nenek saya lagi di rumah sakit dulu...
Alhamdulillah, Mas. Nikmat Tuhan satu lagi yang harus banyak-banyak aku syukuri, kan?
HapusSehat terus ya Simbahnya..
BalasHapusAamiin. Terima kasih ya :))
HapusJadi kangen nenek dari mama yang udah lama banget pergi duluan. Sekarang cuma tinggal opung dari ayah. :((
BalasHapusHehehe maaf ya Dhila :')
HapusWih terharu juga bacanya hehe :')
BalasHapusSeperti saya saat menulisnya :')
Hapusmumpung ada simbah ya di kuat kuatin itu tali komunikasinya. mbah saya udah gaada semua. hiks.
BalasHapuseh ya eman kao cerita ke orang tua katanya kudu seneng senengnya aja ya biar ga bikin beban, biar gajadi pikiran
Masih bisa mengirim doa banyak-banyak buat beliau, Kak. Hehehe iya kalo kebanyakan pikiran nanti malah bisa jadi kecapekan.
HapusSalam sayang buat mbahmu, ya.:)
BalasHapusiya insyaallah, Mbak.
Hapussodorin tissue toilet. :p
BalasHapusYang kayak gini nih yg merasuki badan buat semakin kangen keluarga
BalasHapus*minta tisu*
Hawadis ngga modal ah minta-minta.
HapusIni suasananya Mengharu Biru nih, kayak lebaran aja, hehe,, :peace ah
BalasHapusHahaha bolehkan kalo lebarannya dipercepat?
HapusNasi garem itu true story, aku dulu sering dikasih itu sama mbahku. Padahal ada lauk tapi malah lebih milih itu... ah, masa kecil kalo diingat-ingat pancen marai embuh e... :D
BalasHapusHabisnya enak ya. Yoi tapi kan kenangan manis hahaha.
Hapusmbah itu nenek ya?
BalasHapusnenek gw jauh ada di padang dan gw di jakarta, satu2nya momen ketemu beliaw adalah ketika ada nikahan sodara. yah jadi kurang deket soalnya ada jarak yang memisahkan kita *apa coba?
Yoi, Oom. Oh kalo gitu suruh aja sodaranya sering-sering nikah, biar Oom Yandi sering ketemu sama neneknya hehehe
HapusSimbah pasti lebih baik kepada cucunya dibanding kepada anaknya sendiri.
BalasHapusBahagia ya yang masih punya simbah.
Alhamdulillah :))
HapusBeruntung sekali masih memiliki Simbah yang begitu perhatian dan bisa dicurhati kalau kangen. Aduh jadi kangen sama Mbah Putriku dan Nenekku yang sudah di surga....
BalasHapusAlhamdulillah semoga ini bukan karena ibu saya yang nikahnya kegasikan hahaha. Ayo kirim doa banyak-banyak, Kak :))
HapusHmmm... simbah memang selalu ada cerita
BalasHapus:))
Hapussalam buat Si mbah
BalasHapushehe iya Fiz insyaallah.
Hapusjadi ingat simbahh :(
BalasHapus:')
Hapusblog keren banget siih:D
BalasHapusbtw salam kenal ya, mampir ke blog aku:)
Halo terima kasih, Tela :))
HapusSaya doain semoga sehat selalu. Seenggaknya bisa pamer ke ibu-ibu kompleks :)
BalasHapusHehehe aamiin makaciw mas Obi :3
HapusGue masih 16 tahun lho..
HapusTerharu ya dapet ucapan dari simbahnya. Semoga panjang umur dan sehat selalu buat kamu dan simbahnya :)
BalasHapusIya soalnya merasa diinget :))
HapusSedih, baca ini gw jadi ke inget nenek gw yang udah meninggal, huaaa..
BalasHapusMasih bisa berdoa, Kak :))
HapusGue ndak mau nambahin komen sedih-sedih, ah. Udah banyak di atas. Yang jelas, kau harus bangga sama dia. Hehehe.
BalasHapusDan itu, yang sau paragraf bahasa jawa semua, agak menantang juga buat gue...
Ah terharuuuu ;'(((( btw, alhamdulillah aku masih sering ketemu Mbah. Tetap sehat, ya, kak buat Simbah nya. :)
BalasHapuskereeeen ceritanya :D. oh iya, sehat selalu ya buat simbahmu, kamu juga, cepet sukses, biar cepetan buat simbah bangga :D
BalasHapussalam buat simbahmu ya. salam apa aja, salam happy birthday juga gapapa. *apasih -_-
mbak Ashima... u,u *nangisdipojok*
BalasHapusaku mau lari terus meluk mbah.. mumpung masih serumah. Gak betah nahan kangen yang membuncah.. huuuwah... ;( *nangisdarah*
waktu kecil kita masih punya banyak waktu berkumpul sama keluarga, mulai sekolah, kuliah, bekerja jadi sedikit lagi waktu berkumpul, apalagi jika sudah berkeluarga..........
BalasHapusjadi kangen sama nenek :")
BalasHapussehat selalu ya simbahnya, Asma ^^
http://www.andherlyanrw.com/2014/05/the-liebster-award.html itu award buat kamu silahkan. Ini bukan spam ye, plisdeh hahaha
BalasHapusmbak asma, aku jadi kangen simbah putri di Trenggalek :(
BalasHapusaku belum sempat lihat wajah simbah kakung, sedih rasanya :(
Terima kasih sdh berpartisipasi di GA kami ya... Salam hangat.. :)
BalasHapusHello, there! Welcome to harianiseng. Have you travel around here a lot, and get lost? Make sure to pay a visit later! Love.