Suatu Saat Kita Akan ke Prancis, Sayang
Selasa, Juli 16, 2013
Suatu
saat kita akan menginjakkan kaki di Prancis, Sayang
Prancis masih nyenyak ketika kita berdua
akhirnya tiba di stasiun Gallieni, Paris,
setelah melewati perjalanan panjang dari Amsterdam. Jauh sebelumnya melewatkan
waktu hampir 15 jam terbang di atas lautan. Sepi. Di sudut-sudut platform kereta underground, beberapa rombongan backpacker
bergelung mendengkur pelan dalam suhu musim gugur milik kota Prancis yang
kurang bersahabat. Saling berlomba merapatkan slepping bag masing-masing. Terkantuk-kantuk kelelahan berjuang
dalam cengkraman kota metropolitan, Prancis. Beberapa dari mereka sibuk
membereskan carrier ukuran jumbo,
mungkin akan melanjutkan perjalanan pagi nanti. Petugas keamanan bersliweran
mengecek Semburat bulan keemasan masih sedikit nampak di langit Prancis, dini
hari.
Aku mengeluh kedinginan sembari susah
payah mengencangkan risleting pakaian wol merah overcoat sederhana yang kukenakan menggunakan sebelah lenganku.
Baru menyadari kamu bahkan tidak berniat melepas separuh jemariku dari
genggaman hangatmu setibanya di peron stasiun tadi. Saling menertawakan diri
saat bersitatap, menyadari keberadaan sepasang pria dan wanita dengan tangan
saling menggenggam, merasa asing berada di lingkungan baru, dengan pakaian yang
kusut masai membungkus badan. Dan bau keringat. Ah, bau petualangan, kamu benar, Sayang.
Kamu mulai sibuk dengan kacamatamu, mengembun
akibat perbedaan suhu yang drastis. Aku sibuk memperhatikanmu. Bekas kaki-kaki
peluh yang menempel di sepanjang dahi. Keringat di ujung hidungmu, mencetak
bekas kacamata yang lupa ditanggalkan sepanjang perjalanan. Rambutmu pun acak
tertiup angin. Sepasang kantung mata menyembul dari balik lensa minusmu. Kamu
lelah, melewati berjam-jam bahkan puluhan jam, jauh dari pelukan rumah. Tapi
matamu bahkan tidak akan pernah beranjak dariku, memastikan aku tertidur lelap
dalam rengkuhan bahumu.
Suatu
saat kita akan menghirup aroma Prancis, Sayang.
Aku merentangkan tangan lebar-lebar. Melemaskan
otot-otot setelah meringkuk dalam kursi Bus Internasional Euroline dari Amsterdam. Lupa bahwa berpuluh-puluh jam lalu aku
sibuk merajuk saat kehabisan tiket kabin tidur. Menelisik hembusan udara
selamat datang dari Prancis. Terasa kebas di ujung jari-jariku yang telanjang. Menyambut
belaian lembut angin musim gugur Prancis yang terasa dingin di sela-sela tengkukku.
Menghidu gemerlapnya ribuan cahaya yang membungkus kota Paris dini hari. Hangat
menyergap dadaku. Berdesing ketika dua atom oksigen saling mengikatkan diri,
bertukar dengan gumpalan molekul karbon dioksida saat aku menghidu napas dalam,
pelan-pelan.
Prancis,
ini aku datang dalam damai.
bersambung, Suatu Saat Kita Akan ke Prancis, Sayang #2
14 COMMENTS
Jujur, keren banget nih ceritanya..
BalasHapusditunggu yang ke 3
aaa maaciw *salto*
Hapusudeh lah bang dua aja cukup.
hemm... meleleh nih baca ini
BalasHapusnice story
ayo dibekukan lagi:)
Hapuskeren nih ceritanya :D ada unsur kimianya... gue suka... :)
BalasHapusterima kasih :)
HapusAda yang menyebutkan bahwa prancis itu sebuah kota teromantis,,, semoga impian pergi ke Prancisnya dapat terlaksana :)
BalasHapuskarena baru ada yang menyebutkan, karena itu harus segera dibuktikan sendiri :)
Hapusah terimakasih doanya hehe
blognya lucu dan unik, di bawah malah ada aquariumnya.. ^_^ btw pake template apa Mba...
BalasHapusiya, seperti yang punya kan :3
Hapusini cuma pake simple template bawaan blogger, saya utak-atik sedikit html-nya, pusingg :O
Kata-katanya keren banget....
BalasHapusSemoga saya bisa menghirup aroma kota perancis, boleh pake sayang nggak? :))
salam kenal yaa
terima kasih :) oh boleh boleh, tapi sayangnya sendiri-sendiri ya hehe.
Hapussalam kenal juga :)
ini masih menghayal ya :/
BalasHapuskale emang menghayal tapi kaya asli ya ceritanya jadi bingung hehe
iya masih hehe
Hapusow mungkin gara-gara saya terlalu sering menelan cerita-cerita soal negara ini haha
Hello, there! Welcome to harianiseng. Have you travel around here a lot, and get lost? Make sure to pay a visit later! Love.