Untitled | Photo Credit: __ |
Kalau menyebut magang sepertinya
malah melemparkan ingatan kita ke mahasiswa-mahasiswa tingkat akhir yang tengah
sibuk nyekripsi sambil wara-wiri
mencari pekerjaan, ya? Jadi, kalau saya sebagai mahasiswa baru yang masih unyu
ini, bilang saya sedang magang, kamu
percaya tidak?
Iya, saya benaran sedang magang, lho. Dan ternyata kata-kata magang ini tidak harus diidentikkan
dengan sekelompok manusia berumur tanggung, berkemeja putih, rok dan
celana hitam, sepatu pantofel, senyum menempel sepanjang hari; yang tengah magang menjadi
karyawan di suatu perusahaan. Enggak, lho! Karena ternyata magang pun bisa dipakai untuk anak
baru yang mendaftar BSO Kampus, seperti saya dan teman-teman angkatan
2013. Kalau yang belum tahu BSO, BSO ini kependekan dari Badan Semi Otonom,
kalau di SMA semacam ekstrakurikuler. Tempat kita menggali potensi dan passion kita lebih dalam.
Awal kuliah kemarin saya mendaftar salah satu BSO Fakultas
Kedokteran. Inisialnya Medisina. Btw, itu
bukan inisial ding hehehe. Nah, Medisina ini salah satu BSO yang bergerak
di bidang kepenulisan. Menerbitkan buletin tiga bulanan dengan tagline yang sama, “Medisina”. Para
pendahulu Medisina saat ini tengah mempersiapkan produk baru. Majalah Medisina!
Oh, iya. Medisina ini terdiri dari empat divisi: Redaksi, Riset, Usaha
dan Marketing, juga ProdArt mungkin
singkatan dari Produksi dan Art, saya
lupa. Hehehe. Jadi Medisina bukan hanya tempatnya manusia-manusia yang punya
kesukaan menulis aja, juga tempat berkumpulnya mereka yang sering
mempertanyakan sesuatu (riset), yang ahli mengumpulkan uang (usaha dan
marketing), pun menyediakan tempat untuk mereka yang jago gambar dan menyukai
keindahan (Prod’art). Dan tentu saja, Medisina dapat dijadikan sebagai wadah
untuk saling belajar mengenai hidup.
Waktu itu, saya mendaftar menjadi redaksi. Dengan kemampuan
menulis yang masih pas-pasan seperti ini, sebetulnya agak ketar-ketir juga
karena ada sejumput ketidak-yakinan kalau saya diterima. Tapi saya tetap lanjut
terus dan mengikuti alur masuknya. Beberapa kali ditolak kepanitiaan sepertinya
telah berhasil membuat saya pandai menerima hal buruk sekalipun.
Alur pertamanya adalah wawancara. Saya diwawancarai oleh Mbak
Izza, mahasiswa Pendidikan Dokter 2012, dan saat ini beliau telah menerbitkan
satu novel berjudul ehm.. kapan-kapan saya tanyakan, ya! Hehehe.
Pertanyaan-pertanyaan ketika wawancara meliputi hal-hal umum yang biasa
ditanyakan saat perekrutan anggota baru. Semisal alasan ingin bergabung, hal
yang diketahui tentang Medisina, kesan pertama ketika membaca buletin Medisina,
kekurangan dan kelebihan diri, dan masih banyak lainnya.
Hal yang
paling saya ingat adalah ketika Mbak Izza bertanya, “Kenapa kamu suka menulis,
Ma?”
Dan pertanyaan ini malah membuat kami berdua cerita banyak soal
tulis-menulis. Banyak! Sampai-sampai sepulang wawancara saya langsung
menuliskannya di netbook karena
rasanya menyenangkan bertemu dengan orang yang sepemikiran dan seperasaan. Meskipun
belum juga dipublish di blog sampai
saat ini karena… belum juga menemukan kata yang tepat untuk mengakhiri. Hehehe.
Sayangnya saat itu saya belum tahu kalau tulisan Mbak Izza tengah masuk
percetakan. Sayangnya lagi Mbak Izza ngga keceplosan cerita kalau namanya
sebentar lagi akan muncul di halaman depan buku. Duh, sayang ya. Padahal siapa
tahu saya bisa minta tips-tips menerbitkan buku, at least, minta tanda tangannya juga, deh. Hahaha.
Berikutnya ada event pelatihan
Jurnalistik. Awalnya saya kira ini semacam sharing
dengan sesepuh-sesepuh Medisina,
tapi ternyata tidak main-main, lho, Teman! Pelatihan Jurnalistik ini mengundang
narasumber dari dosen-dokter FK UGM yang namanya sudah sering wara-wiri di
kolom ilmiah. Bahkan mengundang pembicara dari Kedaulatan Rakyat Yogyakarta.
Oh, ini yang paling penting. Kami tidak dipungut biaya sejumput pun, tetapi
mendapatkan sertifikat, laptop bag, hardcopy
materi, snack, dan… makan siang.
Hahaha. Indahnya.
Selama pelatihan kami diajari cara-cara
menuangkan berita agar menggugah pembaca
untuk membaca tulisan kami sampai selesai, bagaimana wawancara yang baik dengan
narasumber, dan banyak lagi. Saya tidak mau membocorkan rahasia perusahaan dong.
Sekitar seminggu setelah pelatihan
Jurnalistik, kami—si anak baru, diundang
untuk berkumpul lagi. Ternyata eh, ternyata berbarengan dengan pemberitahuan
kalau kami telah diterima di Medisina. Yey! Nah, sebelum resmi masuk menjadi
awak Medisina inilah, kami diberi tugas magang berupa membuat buletin.
Membuat sebuah buletin ternyata tidak
semudah membacanya. Sempat diskusi alot menentukan tema dan ketika akhirnya
diputuskan, kebingungan lagi menentukan artikel yang akan diisikan. Rasanya dada
ini begitu penuh ketika mendengar kabar bahwa hasil kerja keras kami saat ini
sedang menginap di percetakan. Huah!
Buletin Medisina. |
Thanks
a lot untuk kakak-kakak pengurus
Medisina yang sudah menyediakan banyak waktunya dan membantu begitu banyak; khususnya Mas Jindan dan Mba Anes. Juga
teman-teman si anak baru Medisina atas
kerjasama dan semangat superb-nya; spesial Komjen dan Sherli. Terima kasih super-super untuk narasumber
yang merelakan waktunya untuk diwawancarai. Untuk pihak-pihak yang tidak
sengaja ketiban repot ataupun membantu secara tidak sengaja. Dan.. Thanks Allah, I’m nothing without You.
***
Hari ini sepertinya bukan momen yang tepat
untuk bercerita mendetail soal Cerita
Magang ini. Mungkin akan berseri seperti serial telenovela di televisi.
Mungkin akan ada Cerita Magang #2, Cerita
Magang #3, #4, segitu terus sampai bosyeen.
Kapan-kapan, ya, saya ceritakan lebih
lengkap. Kapan-kapan… kalau tidak hujan.
xoxo,
Ma. ♥
p.s:
Dapat ID juga sebagai seorang reporter di majalah tingkat Fakultas. Meskipun ragu akan bisa berkonntribusi maksimal. Hehehe. Sedihnya namanya salah ketik. Dampak kecanggihan autocorrect komputer saat ini. Hukss.
xoxo,
Ma. ♥
p.s:
Dapat ID juga sebagai seorang reporter di majalah tingkat Fakultas. Meskipun ragu akan bisa berkonntribusi maksimal. Hehehe. Sedihnya namanya salah ketik. Dampak kecanggihan autocorrect komputer saat ini. Hukss.
Keren, kan! Abaikan typo. |
Oh iya, saat ini rasanya saya ingin membelah diri menjadi tiga. Asma yang akan menghadapi UAS. Asma yang menyelesaikan tugas-tugas kuliah. Dan.. satu lagi untuk Asma yang asli; tidur sepanjang hari. Hahaha ngaco, ah!
Saya juga sudah mengupdate seri Cerita Magang ini karena tidak hujan hahaha. Dapat kamu baca di sini, Cerita Magang #2: That Hard-work dan di sini, Cerita Magang #3: Titik Tolak
Saya juga sudah mengupdate seri Cerita Magang ini karena tidak hujan hahaha. Dapat kamu baca di sini, Cerita Magang #2: That Hard-work dan di sini, Cerita Magang #3: Titik Tolak