Kucing Hitam

Minggu, April 13, 2014

Photo Credit: Favim.com


“Selamat atas kelahiran putrimu, Samudera. Manis sekali. Besar nanti, dia pasti akan segera melanjutkan mimpi-mimpimu.”

Suaraku menggema di sudut rumah sakit yang aku datangi tengah malam ini. Lembab. Gerimis masih sibuk menangis seharian. Lengkingan perempuan-perempuan dengan perut membuncit membungkus permukaan. Bayi-bayi baru lahir dilempari desah kelegaan.

“Pulanglah,” Samudera, pacar pertamaku, ternyata masih mempesona pendengaranku. “Sudah malam, Meda.”

Aku menggeleng, “Apa kamu tidak lagi merindukanku seperti dulu, Ra?”

“Kita berbeda. Aku sudah menikah dan merasa bahagia dengan hidupku yang baru,” senyum Samudera membengkak. “Bahkan tanpa adanya kamu. Bersamaku.”

Bayi perempuan di bangsal ketiga lahir. Menangis ribut. Sibuk menelan udara-selamat-datang dari peluh sebentuk jagung. Lagi-lagi, kalimat penuh syukur bercumbuan di langit-langit.

Seekor kucing hitam melompat dari balik belukar. Matanya nyalang, menusuk sebagian indera penglihatanku. Badanku tiba-tiba memanas. Dadaku sesak. Aku tahu, waktuku sebentar lagi di sini.

“Samudera,” aku terbatuk, memanggil nama yang dulu pernah mengisi hari-hariku dengan pelangi. “Izinkan aku…”

Hening. Kucing hitam tadi mulai mendengkur.

Aku mengeluh. Aku tahu, waktuku akan habis. Kakiku menipis. Sedikit lagi, membuatku tidak lagi berpijak di lantai koridor.

“Tidak bolehkah aku menjenguk putrimu? Menyelipkan doa-doa terbaik untuknya?”

Samudera masih tidak peduli.

“Tidak bolehkah aku menggendongnya sebentar? Setidaknya untuk memberi tahu putrimu, dia beruntung karena memiliki seorang ayah yang sangat hebat.”

Tenggorokanku tercekik. Panas mulai menggerogoti badanku. Perih menyeruak. “Sebentar lagi, sebentar lagi”, aku berbisik, melewati celah angin yang meniupkan aroma melati.

Samudera mengernyit. Terburu menggandengku menyelinap ke kamar bersalin nomor tiga belas. Arinda, istrinya, tertidur kelelahan di samping seorang bayi mungil yang lahir tengah malam tadi.

Samudera membalas senyumku ketika aku mengelus pipi bayi perempuannya, “Cantik sekali, seperti dugaanku dulu.” Bayi perempuan itu mengecapkan bibirnya pelan. Menggeliat kecil mencari kehangatan dalam rengkuhanku.

Malam ini purnama ketiga belas. Dan aku sudah lelah menunggu hari ini.

***

Bangsal rumah sakit gaduh. Bayi di kamar bersalin nomor tiga belas hilang, katanya. Pasien perempuan yang baru saja melahirkan itu membisu ketika ditanya. Mukanya pucat pasi. Menampakkan kengerian di sepanjang garis wajahnya. Suaminya masih pingsan. Kucing hitam mengeong menikmati suasana.

Gaun hitam kusam yang kukenakan merosot, menampakkan jenak dan dadaku yang berlipat-lipat, membelah ke arah perut. Bayi perempuan Samudera masih tidur nyenyak di gendonganku.


Pasien rumah sakit berlarian di sepanjang koridor. Termakan isu, ana wewe gombel nyolong bayi nang bangsa telulas.  


Yogyakarta, 13 April 2014
H-7 UTS. Terima kasih Bang Adi tantangannya. Challenge Accepted ya! 
371 kata. Ah, beneran flash fiction deh. 

You Might Also Like

27 COMMENTS

  1. Damn, malah jadi horor nih... ini semacam FF buat tragedi Valencia nih :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe sekali-sekali ah masa ngegalau mulu.

      Hapus
    2. Haha, iya deh iya, ajarin aku ngegalau dong Kak, galau bermanfaat, keren kalau galau dituangkan ke FF

      Hapus
  2. sedap ceritanya. gak nyangka aja sih ternyata dia adalah wewe gombel dan bakalan nyulik itu anak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hohoho iya tapi alur ceritanya belum begitu jelas. Masa tiba-tiba diculik.

      Hapus
  3. Setiap kali saya baca ff, pasti butuh beberapa kali baca biar bener-bener ngerti jalan ceritanya. Tapi entah yang keberapa kali sampai sekarang saya masih abu-abu jalan ceritanya. Saya emang lemah dalam urusan ff.

    Endingnya, cuma bisa menikmati diksinya aja, simple tapi estekita banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe Bang Bayu sudah berjuang dengan keras tapi ini kemungkinan karena faktor penulisnya belum jago membawa alur ceritanya.

      Hapus
  4. Aslikkk ini keren.... Kerennnnnn.......
    Adi kerennnn, Ismi keren.... Kaljan bedua kerennnn... Cocokkk, Jadian gih..huahahah. Gue jd pendukung pertama kalian jadiannn :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hengg......


      Ucup, emang lo nggak jomblo?

      Hapus
    2. Ucup emang ngga ngerjain TUGAS AKHIR? Hahaha. Kabuuur.

      Hapus
  5. waduh kata2nya tingkat tinggi neh, butuh diam sejenak untuk gw yang IQnya tengkurep.
    jadi inget kasus penculikan bayi yang di Bandung

    BalasHapus
    Balasan
    1. Om Yandhi nggak boleh gitu ah :(
      Oh iya baru keingetan juga huihihi

      Hapus
  6. tetangga aku ada yang pernah diumpetin dia, ditemuinnya di kandang ayam -_-

    BalasHapus
  7. Keren banget!
    Saya juga ikutan tantangannya adi tapi tulisannya gak sebagus ini. :|

    BalasHapus
  8. Kucing nya enggk nakal kan,,,, hehehe kalau nakal gak boleh kasih ikan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kucingnya ngga makan ikan, makan susu beku.

      Hapus
  9. asem. horor gini ceritanya. saya bacanya tengah malam lagi. wewe gombel kan legenda seram waktu saya kecil. anak sekarang sih mungkin ga tau keseremannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe iya anak sekarang udah nggak takut mitos ginian.

      Hapus
  10. wewe gombelnya kamu ? :p

    BalasHapus
  11. itu kenapa ada wewe gombelnya dah :(

    BalasHapus

Hello, there! Welcome to harianiseng. Have you travel around here a lot, and get lost? Make sure to pay a visit later! Love.

FRIENDS OF MINE

Subscribe