Surat Cinta 7: HB, Mommy ♥

Senin, Februari 04, 2013

Dulu sewaktu saya kecil, ada satu kebiasaan yang selalu saya lakukan setiap pagi sebelum berangkat sekolah. Mungkin ini semacam automatic program yang sudah diset dari sananya dan susah untuk dihilangkan. Semisal ngompol di celana gegara ngga kuat nahan pipis. Ngemut jempol tangan setiap kali mau tidur. Bisa juga punya sleepping habit kayak ndengkur, ngences, atau yang lebih keren lagi : tidur sama sopir angkot tidur di angkot saking ngantuknya.

Hahaha oke yang ini emang pengalaman pribadi *toyor kepala*

Naaah, kalau zaman-zaman SMA, masa-masa paling unyu seunyu-unyunya gini mungkin semacam, galau habis stalking timeline gebetan gara-gara ngeliat gebetan sama pacar barunya kali ya..
Hahaha sorry sorry jek, lagi ngasal aja. Eh, cuma sekadar info ya, katanya tuh orang yang jarang ngetweet itu artinya orang yang stalkingnya lagi banter-banternya lhooo. Hayo hayoooo... *Karepmu, Ma -__-

Jadi, saya kecil dulu selalu minta sun sama Ummi setiap kali mau berangkat sekolah. Iya, minta disun. Kalian tahu sun  kan? Itu lho, Sun, salah satu bintang di tata surya, pusat perputaran evolusi planet-planet di ruang angkasa. Bintang paling terang, panasnya luar biasa yang menandakan siang hari, Sun, Matahari -__- Engg, Sun itu lho produk makanan bayi, Nestle Sun.
Hahahaha ketawa sendiri ih Ama garing hoam.

Bagi saya, sun itu, ya, semacam suntikan penyemangat. Kenapa? Soalnya setiap sentuhan kulit dengan bibir itu ada banyak elektron-elektron yang terpancar keluar, membentuk rantai siklis hidrokarbon yang tidak pernah terputus, seperti atom golongan halogen yang sangat reaktif, saling mengikat kuat, dan bersemangat. Kalau kata Abang mah, sun itu mendinginkan.

Karena itu, tidak perlu heran mendengar teriakan saya setiap pagi, kalau suatu saat nanti kamu berkesempatan tinggal di sebelah rumah saya, atau kamu mau tinggal serumah bareng saya saja? Hahaha.

Ketika saya tengah berteriak,
 “Ummi.. Ummii.. Ummiiiiii...”

Itu artinya saya sedang sibuk berkutat dengan tali sepatu, memeluk botol minum saya, lalu nyengir-nyengir sendiri ketika dapat cubitan di pipi dari Ummi.
Hehehe, Amaa berangkat, yaaa.”
“Iyaa. Sini sun dulu.”
Nah, ternyata Ummi sudah tahu saya kepengin apa, kan. J



Ritual pagi itu tidak selesai sampai di situ saja. Ummi akan dengan senang hati membenarkan jilbab mencang-mencong yang saya kenakan, meratakan bedak yang saya sapukan di wajah dengan terburu-buru, dan akibatnya menghasilkan muka yang cemong-cemong. Mengencangkan tali tas yang saya kenakan, sehingga tepat menempel di punggung dan bahu saya. Dan yang paling spesial adalah bisikan mautnya,
“Belajar, ya, yang bener. Semangat, Mba Asmaaa!”
Setelah itu membiarkan saya mengecup punggung telapak tangannya, lalu melambaikan tangan setelah saya berlalu. Di sini inilah, bagian yang saya pikir, semua anak di dunia pasti membutuhkan peran seorang ibu.

Beberapa hari yang lalu, seorang teman mengirim pesan singkat ke ponsel saya, kurang lebih isinya begini,
“Ada begitu banyak hal yang bisa dilakukan oleh seorang Pria hebat. Tapi ada satu hal yang tidak bisa Pria hebat ini lakukan: menjadi seorang Ibu.”

Kebiasaan lain yang saya lakukan ketika bingung berkomentar adalah diam. Bukan. Bukan karena tidak tahu apa yang harus saya katakan, tapi akibat terlalu banyak kata yang bersliweran di kepala saya, akhirnya malah menimbulkan kesulitan tersendiri. Terlalu banyak ngomong memang tidak begitu bagus, teman :D

Saat ini, saya cuma seorang gadis labil yang baru berumur tujuh belas tahun, dan belum pernah berkesempatan merasakan sensasinya menjadi seorang ibu. Tapi saya pikir, memang berat menjadi seorang ibu. Apalagi menjadi Ibu dari seorang anak perempuan gadungan seperti saya. Ya, pasti rasanya berat sekali. Saya tahu. Saya saja ngga kuat kok jadi diri saya sendiri. #Eh.

Saya selalu membayangkan kelak di rumah mungil saya, ketika saya sudah punya suami yang begitu luar biasa, lalu kami dihadiahi sepasang anak yang merajuk, Bunda Bunda, saya menjadikan ibu saya, Ummi, sebagai kiblat segala sesuatunya.

Di mana saya selalu ingin menjadi seorang ibu seperti Ummi. Ibu yang dinamis dan penuh cinta. Ibu yang luar biasa dengan setiap keterbatasannya yang ia jadikan kekuatan. Ibu yang mampu membuat anak perempuannya yang manja ini selalu bersemangat ketika diingatkan bahwa ada begitu banyak hal yang seharusnya mampu membuatmu terus bersyukur.

Anak perempuan normal mana, sih, yang tidak mengidolakan ibunya? Anak perempuan normal mana, sih, yang tidak menjadikan Ibunya sosok panutan di masa depan?

**


Ibu saya ini seorang ibu yang ajaib, tapi tidak seperti cenayang yang punya indera keenam dan bisa baca pikiran. Setiap kali saya suntuk, ngga perlu diminta, saya dibeliin es krim, kadang-kadang ada novel baru, nemplok di lemari buku saya. Ummi memang ngerti saya banget J

Ibu saya tidak seperti ibu-ibu lain dengan dandanan menor yang sering kali saya jumpai tiap kali penerimaan raport. Tidak seperti ibu-ibu galak yang kerap kali memarahi teman saya di depan teman-teman saya lainnya akibat nilai raportnya kebakaran. Ummi tidak pernah mempermasalahkan nilai saya yang tercantum di raport, Ummi itu semacam ibu-ibu yang kuliah S3, yang tidak pernah berorientasi pada nilai yang saya dapatkan, tetapi lebih pada hasil belajar yang saya peroleh. Itulah kenapa, saya tidak pernah was-was semalam sebelum hari penerimaan raport. 

Ummi orang yang selalu mengingatkan saya untuk tetap bersyukur lewat setiap pesannya sebelum tidur, bahwa kami masih jauuuuuuh begitu beruntung dibanding orang lain. Orang pertama yang mengajarkan saya untuk menabung sedikit sedikit ketika saya sedang ingin membeli sesuatu. Katanya, barang itu pasti jadi spesial waktu Mba Asma beli pakai uang ngumpulin sendiri, kan?

Ummi adalah seseorang yang selalu saya cari-cari sepulang sekolah untuk sekadar ingin mendengar suaranya dari balik ruang kerjanya,
“Ummi, Asma sudah pulang,”
“Oh, iyaa.”

Ummi adalah seorang ibu yang membuat saya kerap kali harus pura-pura tidur ketika kepergok online tengah malam. Kemudian mematikan lampu kamar saya, yang sekejap kemudian langsung saya nyalakan lagi. Ibu yang ketika tidur pun tetap menguarkan aura kasih sayangnya, membuat saya nyaman berada di pelukannya.

**

Hari ini Ummi ulang tahun dan rasanya saya tidak bisa memberi apa pun yang setimpal dengan pemberian Ummi selama tujuh belas tahun saya hidup. Yeah, kamu tahu kan, hidup semakin sulit akhir-akhir ini. Dan saya begitu bersyukur ketika dihadapkan pada kenyataan bahwa ternyata saya masih punya orang-orang kuat sebagai mercusuar saya. 

Saya masih punya Allah yang bisa saya peluk erat. Saya masih punya Ummi yang nyata-nyata sayang tanpa ampun ke saya. Saya juga masih punya kamu, iya kamu, yang baca surat kali ini sampai di bagian akhir. Thank youuu, ya. Kita harus sama-sama kuat! 

Ulang tahun kali ini mungkin lebih berkesan kali ya buat Ummi. Gara-garanya laporan yang beberapa hari ini sering Ummi lembur kerjain, dan malam ini tinggal finishing, ternyata malah dihancurin virus nakal. Hilang.. Hilangg. 

What the what! 

Saya ngga bisa bayangin kalau itu saya. Saya mungkin bakalan teriak-teriak saking frustasinya, atau malah mungkin tidak berniat mengulang pekerjaan itu dari awal. Hahaha kamu yang tahu saya mungkin malah mengusulkan untuk tidur saja, ya. Pft, ide kamu bagus :D

**

Yeah, sebagaimanapun kita ingin menulis, ternyata pada akhirnya harus diakhiri juga, kan. Hahaha. 

Ulang tahun Ummi kali ini saya mau terima kasih saja sama Ummi, Ummi yang sudah membesarkan saya, menyinari saya dengan cahaya kasih sayangnya yang sempurna. Saya ngga tahu, apa Ummi pernah bangga sama apa yang pernah saya lakukan. Tapi saya mau buktiin kalau besok kelak, ngga sia-sia Ummi ngedidik anak perempuannya yang ini *kepal tangan*

Selamat Ulang Tahun, Ummi 





Xoxo,


Ma 



ps.
Ngga usah khawatir gitu kalau sekarang kamu ditakdirkan tinggal di sebelah rumah saya. Ngga akan ada kok yang teriak-teriak semacam Kuntilanak kehilangan rambutnya hahaha. Kebiasaan minta di sun itu sudah hilang lama, kenapa ya, saya sendiri juga baru sadar sekarang kenapa bisa hilang hahaha. 

Saya buat lukisan untuk Ummi tadi pagi. Actually, not a good painting one, but I've done it with much love in it. Kapan-kapan aja, ya, saya pamernya. Saya belum siap kalau ada yang ngajakin saya ikut art exhibition gitu :p Hahaha. 

You Might Also Like

6 COMMENTS

  1. kalo ngomongin Ibu, banyak banget jasanya, dari kecil sampai gede, segitu cintanya ibu sama kita, tapi kadang anaknya jahat sama ibunya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. makanya harus sayang berbakti sama ibu selama masih sempat kan :) biarpun itu pasti balasan ngga setimpal sama apa yang udah ibu kasih buat kita :3

      Hapus
  2. wah Happy birthday deh uminya nih hehe :D

    BalasHapus

Hello, there! Welcome to harianiseng. Have you travel around here a lot, and get lost? Make sure to pay a visit later! Love.

FRIENDS OF MINE

Subscribe