#Translate: A Past Vision

Minggu, Februari 03, 2013



                “Hei, tunggu!” teriakku pada seorang gadis yang berlari di depanku. Gadis itu berhenti dan berbalik menatapku. “Mengapa kau berlari? Apa yang kau takutkan?” aku memberondongnya dengan pertanyaan. Bukannya menjawab pertanyaanku, gadis itu malah berjalan mendekatiku. Bibirnya terbuka seolah dia mencoba untuk mengatakan sesuatu. Tetapi tiba-tiba dia berteriak sangat kencang dan membuatku terkejut... “Aaa.”
                “Aduh!” kepalaku terantuk pintu bus, membuatku terbangun dari mimpiku. Mimpi buruk yang sama menimpaku selama tiga hari ini. Gadis dalam mimpi itu terus menghantui pikiranku. Bagaimanapun juga, wajahnya terlihat tidak asing bagiku. Gadis itu terlihat sangat sedih dan teriakkannya menampakkan lukanya yang dalam.
                Hari sudah sore dengan mendung yang menggantung ketika aku akhirnya tiba di sebuah kastil tua yang terletak di bagian timur London.  Bangunan kuno, latar belakang sejarah dan pemandangan yang mengagumkan adalah alasan-alasanku mengapa aku memilih tempat ini untuk ku kunjungi.
                Aku mengikuti ketua pemandu perjalanan ke sebuah ruangan besar, di mana dia menunjukkan kepada kami sebuah tempat tidur utama. Di masa lampau, kamar ini digunakan oleh Lord Phillips sebagai pemilik kastil. Tiba-tiba aku melihatnya, gadis dalam mimpiku, berdiri di dekat meja rias. Dia terlihat mempesona dengan gaun abu-abu panjang, serupa dengan cara berpakaian orang-orang di abad pertengahan.
                Dia mengeluarkan kotak perhiasan dari laci, mengambil sebuah kalung lalu memakainya di leher kemudian perlahan berjalan keluar ruangan. Aku melangkah mengikutinya.
                ‘Tunggu, kamu tidak tahu dia itu siapa, bukan? Apa yang dia lakukan sama sekali bukan urusanmu’ suara benakku mengingatkanku. Tapi aku tetap mengikuti gadis itu.
                “Hei, tunggu,” aku berteriak sembari berlari ke arahnya. Tapi gadis itu tidak mendengarku dan berjalan lebih cepat ke arah ruang bawah tanah. Dia sampai di depan sebuah ruangan yang terhalang oleh perintang besi. ‘Tunggu, apakah ini penjara? Tapi penjara ini sudah ditutup cukup lama. Hanya dibuka selama tur perjalanan saja. Jadi, apa yang gadis itu lakukan di tempat ini?’ Aku menghentikan pikiranku meracau lebih jauh karena seorang pria di balik jeruji mulai berkata-kata.
                “Sophie, kenapa kamu di sini?” suaranya terdengar lemah. Gadis itu mulai terisak.
                “Ada sesuatu yang harus ku katakan padamu, James. A..Aku.. Aku tengah mengandung bayimu saat ini,” aku Sophie.
                James terkejut. “Benarkah itu?” air mata mulai menggenangi pelupuk matanya.
                “Sophie, ini benar-benar kabar yang baik. Aku.. Aku tidak tahu apa yang harus ku katakan, aku harap aku bisa terus bersamamu selamanya. Lebih baik aku mati daripada melihatmu menikahi Lord Phillips.”
                Tiba-tiba seseorang menghantam pintu di belakang kami. Seorang pria berperawakan tinggi besar melesak masuk. Dia perpakaian seperti Sophie, pakaian abad pertengahan dengan jas dan mengenakan sebuah mahkota. Diakah Lord Phillips yang baru saja mereka bicarakan? Pria itu terlihat sangat marah.
                “Ada apa ini? Ooh, pasangan cinta terlarang rupanya. Aku sudah melarangmu datang kemari, Sophie. Atau kau ingin melihatnya mati secara perlahan-lahan?” dia mengancam dengan suaranya yang dalam.
                Sophie memukul-mukul pria itu. “Kau sungguh kejam! Bagaimana bisa kau menangkap James seperti ini? Dia tidak bersalah. Kau bahkan tidak memberinya makan sama sekali, kau ingin dia mati?”
                Lord Phillips tertawa.
                “Ha ha.. Dia akan jadi contoh yang bagus untuk mereka yang melawan Lord Phillips! James Kingston, bukan siapa-siapa, hanya seorang pandai besi yang berani jatuh cinta kepada Sophie Claire, tunanganku,” kata Lord Phillips. Dia menatap marah ke arah James.
                “Aku bukan tunanganmu,” seru Sophie. “Aku tidak pernah menerima lamaranmu, kau menahanku dan James di kastil ini. Aku tidak akan menikahimu, kau sungguh keji!” Sophie memekik dan memukul dada Lord Phillips lagi.
                “Hentikan!” Lord Phillips meraih tangannya.”Penjaga, bawa dia ke ruangannya. Persiapkan pengadilan dan hukuman untuk James Kingston akan segera diputuskan!” Lord Phillips memimpin langkah meninggalkan ruang bawah tanah.
                “Tidak!” Sophie dan James berteriak. Tapi penjaga tetap menarik Sophie ke arah tangga. Aku terpaku, haruskah aku mengikuti Sophie? Sebelum aku sempat memutuskan, kakiku melangkah mengikuti mereka. Aku mengikuti ke tempat penjaga membawa Sophie ke kamarnya dan meninggalkannya seorang diri.
                Situasi berubah menjadi tidak terkendali. Aku mengikuti Sophie menatap kekasihnya yang tidak bersalah melalui jendela. Di tanah lapang bawah sana, James Kingston tengah berdiri di sebuah panggung. Seutas tali tergantung di sebelah kepalanya. Kedua tangannya terikat di belakang badannya.
                “Inilah James Kingston, bersalah akibat cinta terlarangnya dengan tunanganku. Gantung hingga mati merupakan hukuman yang sempurna untuk perbuatan hinanya. Biarkan hukuman ini dimulai!” teriak Lord Phillips.
                “TIDAAAK!” Sophie dan James berteriak bersamaan. Tapi tragedi tetap terjadi, James digantung hingga mati, pasangan kekasih itu dipisahkan oleh takdir yang kejam. Aku hanya dapat berdiri terpaku, menatap Sophie menangis dan memekik. Aku pun merasa terkejut. Tragedi itu benar-benar terjadi di depan mataku. Kepalaku mulai pusing, penglihatanku memburam. Selama beberapa menit aku terjebak kesunyian, dan kemudian aku mendengar suara yang familiar, itu pemandu perjalanan.
                “Sophie Claire melarikan diri malam itu. Dia bersembunyi di sebuah desa kecil dan tidak menikah hingga akhir hidupnya. Desas-desus mengatakan bahwa dia tengah mengandung bayi James Kingston ketika tragedi itu terjadi. Dia menamai bayi itu serupa dengan nama ayahnya. Sophie mewariskan sebuah kalung kepada putranya, yang kemudian akan diwariskan turun temurun ke generasi berikutnya. Kalung itu dibuat oleh James Kingston untuk Sophie dan mempunyai simbol SJ di permukaannya.”
                Aku menghela napas dalam dan mencoba untuk mengembalikan kesadaranku. Perlahan aku dapat melihat dengan jelas sekarang. Menyadari apa yang baru saja pemandu wisata katakan, aku menyentuh leherku. Aku mengenakan sebuah kalung pemberian nenekku. Dia mengatakan kalung itu telah menjadi kepunyaan keluarga kami selama satu generasi. Aku menyentuh simbol huruf SJ yang timbul di permukaan kalung.
                Air mataku meleleh. Aku baru saja mendapat penglihatan mengenai apa yang terjadi dengan leluhurku. Aku menatap sekeliling ruangan, membayangkan Sophie ada di sini dan melihatku meskpiun aku sadar kami berada di dunia dan waktu yang berbeda sekarang. Aku berterima kasih padanya karena telah memperlihatkan padaku kisahnya; kisah cinta abadi yang akan aku ceritakan kepada generasi kami berikutnya.   

p.s
Cerpen ini aslinya berjudul "A Past Vision" kemudian dialih bahasakan oleh saya, Asma Karimah. Pertama kalinya saya kirim naskah translate ke suatu majalah, dan ternyata gagal dimuat. Lalu saya kapok ngga pernah mau ngirim lagi hahaha 
buset Ma, baru juga pertama kali -___-

You Might Also Like

0 COMMENTS

Hello, there! Welcome to harianiseng. Have you travel around here a lot, and get lost? Make sure to pay a visit later! Love.

FRIENDS OF MINE

Subscribe