Kita dan Kekerenan.

Jumat, November 25, 2016


Be the best version of yourself. | Photo Credit: Favim

Dulu, ada suatu ketika saya sering merasa minder dengan kekerenan teman-teman dalam inner circle saya. Minder super berat.

Ada pencapaian-pencapaian tertentu dari mereka yang membuat saya berpikir: aku bukan orang kaya gitu, aku ngga bisa kaya mereka, setiap kali kami berkesempatan untuk berkumpul suatu ketika. Pun, pada akhirnya, saya hanya akan menjadi pendengar aktif demi mengamati betapa kerennya mereka—dan menekuri betapa tidak beruntungnya saya karena tumbuh menjadi seseorang menjadi tidak keren, seperti mereka.

Setelah berkumpul, biasanya saya langsung drop karena merasa bukan apa-apa dengan kerennya mereka, bukan siapa-siapa. Pun, sekadar bermimpi menjadi mereka, saya tidak akan sanggup. Goals yang saya buat, sesuai dengan idealisme saya waktu itu, tiba-tiba saja berubah menjadi mimpi kosong yang membuat saya merasa kecil dibandingkan mereka.

Tingkat kebermanfaatan enol. Tingkat idealisme pemula. Tingkat kekerenan ingusan.

Atas dasar tidak berdaya dengan kata-kata buruk yang memeluk, akhirnya saya menyerah. Saya mundur teratur dari lingkaran pertemanan, diam-diam, karena merasa tidak layak untuk terus berteman dengan mereka.


Saya capek dengan perasaan rendah diri karena tidak sekeren mereka. Saya malu karena, seolah-olah, menjadi titik noda yang mengganggu lingkaran pertemanan mereka yang keren. Saya timpang. Saya minder karena dianggap sama-sama keren, seperti mereka, padahal tidak. Saya hanya pandai berkamuflase.

Sialnya, setelah menghilang dari satu lingkaran, saya kembali dikumpulkan dengan lingkaran orang-orang keren lainnya. Saat fase minder saya memuncak, saya akan mundur. Pun, tiba-tiba saja, saya kembali berada dalam lingkaran lainnya yang, lagi-lagi, keren.

Pada akhirnya, dengan muak tingkat akhir karena keinginan untuk menjadi keren seperti mereka, saya terlibat percakapan kontemplasi dengan Abi, katanya:

“Hanya karena seseorang terlihat keren karena menjadi mereka yang sekarang, tidak berarti kita juga harus menjadi seperti mereka untuk terlihat keren.”

Saya terdiam dengan pikiran yang riuh. Sepertinya, keren itu paradoks.  

Bisa jadi saya lupa, bahwa sebenarnya kekerenan saya tidak bisa disamakan dengan mereka, karena potensi saya memang tidak di situ. Posisi saya seperti ikan yang ingin bisa terbang, atau seperti ayam geprek yang dikombinasikan dengan keju mozarella. Kurang klik.

Keren versi saya mungkin bukan seseorang dengan pemikiran compact dan kritis mengenai setiap hal, ataupun seseorang dengan bahan diskusi yang ampuh untuk membasmi lawan. Urusan saya bukan di situ. Bisa jadi, keren versi saya adalah saya yang sekarang, berpotensi full-tank untuk melengkapi orang-orang keren. Tanpa saya, kalian hanya akan menjadi orang keren yang timpang, guys!

Idih, bercanda-bercanda. Hehehe.

Pada titik ini, ketika semesta berkonspirasi untuk terus-terusan mempertemukan saya dengan lingkaran orang-orang keren, saya sudah tahu apa yang harus dilakukan: tetap berusaha untuk menjadi seseorang yang tetap keren dan lebih keren—versi terbaik dari saya yang sekarang.

Kalau kamu gimana? Versi keren seperti apa yang ingin kamu buat?

Love,
Ash.

You Might Also Like

43 COMMENTS

  1. Kayaknya aku tahu siapa yang sering kayak gitu. 'AKU' tepat bingit, dulunya sih, sekarang rada-rada..
    "Aku bukan orang kaya gitu, aku ngga bisa kaya mereka." Sering banget nih pikiran semacam ini melanda AKU..
    Sebenarnya sih aku kurang bisa bersosialisasi kayak bisa easy going sama orang-orang, jadinya nggak pede, jadinya pendiam.. jadinya.. AKU diangap pendiam.. :'( #curcol

    BalasHapus
    Balasan
    1. AH SUDAH SAATNYA MENGHENTIKAN ITU, RAYA! Sekarang saatnya be positive with yourself. Spread the good vibes~

      Hapus
  2. keren menurutku adalah mengenali potensi dan bakat diri, kemudian mengembangkannya ^^ tanpa melihat orang lain, karena setiap orang kerennya gak sama hihi :)
    semangaaattt

    salam kenal
    http://www.fujichan.net/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, karena setiap orang punya potensi sendiri-sendiri!

      Hapus
  3. keren versi saya? hmmm tunggu sebentar, saya pun belum memikirkannya matang matang. ohyaaa, mungkin keren versi saya ya ini, lempeng aja berusaha melakukan yang terbaik untuk sekarang, tanpa pernah merasa ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, yaaa selow dan lempeng hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha kalo gitu sama kayak: 'hadapi apa yang di depan', tambahin dengan 'semaksimal mungkin!'

      Hapus
  4. Keren vesiku hampir sama kaya teh askar.

    Menurutku keren itu ada tempatnya tersendiri.
    Ada yg keren dibidang tulis menulis, menyanyi atau akting pokoknya banyak.

    Tapi Ga ada toh orang yang keren disegala bidang.

    Jadi yaa keren itu relative seeh 😋

    BalasHapus
    Balasan
    1. Just call me Asma. Hehehe.
      Oh iya bener sih, keren itu relatif. Tapi gapapa kan ya merasa keren dengan diri sendiri yang begini-begini aja. Hm.

      Hapus
  5. Keren meurutku itu ketika aku bisa menerima apa yang aku miliki sekarang, tanpa iri melihat orang lain.

    Bisa menghargai karya orang lain tanpa menjelek-jelekan itu juga keren.

    Kalo dari tulisan mbk di atas juga pernah aku alami kok, padahal teman-temanku santai aja, tapi aku yang ngerasa minder juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wih, itu tanda bersyukur. Alhamdulillah.
      Hm, aku ngga pernah tanya, sih, apa temen-temenku ngerasa inferior juga karena keberadaanku (?)

      Hapus
  6. versi keren jaman sekrang tuh bikin karya sendiri original dan bikin bangga orang tua, bukan ikut"an tapi gak paham apa yang diikutinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. .... tapi, tapi, itu kan biar keren, Kak :(

      Hapus
  7. Hehehe. Sebenarnya bisa menulis seperti ini juga keren, kok.

    Buatku, keren itu..... Nggak tau. Tapi yang aku tahu, cukup jalani hidup dengan versi terbaikku aja. Selanjutnya 'keren' akan mengikuti. Hehehe ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah, ngga juga, sih. Coba aja lebih banyak kata-kata mendalam yang inspiratif, dan bikin orang tergugah... Yah, kalau diterusin nanti ngga ngerasa keren lagi hehehe.

      Sepakat!

      Hapus
  8. saya juga mengalami hal yang serupa seperti kamu dahulu kala minder/edgy dan merasa tidak pantas disosiety , tapi kemudian saya sadar menjadi keren bukanlah kewajiban kamu karena menjadi diri kamu yang asli jauh lebih sulit dan penuh tantangan.

    BalasHapus
  9. Duuuu eummm membaca ini mengingatkan saya dengan banyak hal. Saya sering merasa kalau saya juga bagian dari orang orang nggak keren lainnya. Sama dengan kamu sepertinya. Sampai suatu waktu, diam diam saya akhirnya sadar, bahwa mereka -- teman teman saya -- pun punya sisi yang minder saat bersama saya. Walaupun saya bukan banci tampil, tapi saya tahu kalau para banci tampil itu juga butuh penonton setia seperti kita. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah, belum pernah berpikir ke arah situ, btw. Mungkin sekarang saatnya fokus untuk memaksimalkan potensi dulu. Hehehehe.

      Hapus
  10. Kalau aku dulu juga ngerasa gitu lho, merasa bahwa orang-orang di sekitar itu keren banget dan masa iya aku merasa gak ada apa2, huuu sedih
    tapi skg bisa bangkit
    keren bagiku bisa bahagiain diri sendiri tanpa ganggu orang lain yihaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wih, mantap! Lebih keren lagi kalo bahagianya bisa nular, Kak Memei~

      Hapus
  11. pernah baca quotes kalo gak salah begini: saat kamu membandingkan dirimu dengan orang lain, maka hilanglah kebahagiaanmu.

    gue sih ngamalin kalimat itu, gue gak mau banding2in diri gue sama orang lain, walaupun belum 100% bisa tapi seenggaknya gue sadar bahwa antara gue dan temen2 gue itu punya potensinya masing-masing untuk jadi keren dengan versi kita masing-masing. :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hm, nice quotes, Yog! Sepakat, ah kalo gitu. Be the real you as best as you can, ya. hehehe.

      Hapus
  12. Hhhhm apa ya? Yang penting jadi diri sendiri ajalah biar nyaman. Yang bisa ditiru dari org lain adalah hal/sikap positifnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wih. Spread the positive spread ya, Mbak :))

      Hapus
    2. Ah, maksudnya positive vibes. Duh. Udah malem.

      Hapus
  13. Bener banget tuh. Kita belum tentu merasa keren kalau kita sama kerennya sama mereka. Karena kekerenan itu beda-beda setiap pribadinya masing-masing. Tapi kalau mau jadi keren, harus usaha juga ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaa! Karena burung keren bisa terbang, karena ikan keren bisa berenang.

      Hapus
  14. Seinget aku sih pas masa-masa remaja, Mba. Ya, ga tau keren atau ga tau malu sih. Beda tipis kayanya. Hahahaaa...

    Etapi, pas usia belasan gitu ga pernah takut pulang malem, dulu kerja pernah pulang jam 10. Santai aja naik angkot mpe rumah.

    Pas udah usia 23 ke atas. Duh, udah ga nyaman aja kalu jam sepuluh masih di jalan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, kalau itu sih kuncinya cuma satu: mencari pendamping biar bisa diantar jemput suami, Mbak :p

      Hapus
  15. Nah sama juga kadang seperti yg aku rasa, suka ,minder hihi
    Apa karena bawaan sebagian besar melankolis ato introvert gitu ya, mengamati cenderung jadi secret admirer, mendengar kehebatan orang lain...#ituakubanget

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu aku yang dulu, bukan aku yang sekarang~ Cie~

      Hapus
  16. Believe it or not, just be your self.

    Nggak usah maksain diri sekeren mereka atau mengikuti mereka

    Aku sering udah ngalamin itu kok ^^
    And in the end, meskipun yang mengapresiasi saya bukan seluruh orang di grup keren itu, paling tidak ada sebagian dari mereka, dan Puluhan lainnya di luar grup itu yang mendukung dan mengapresiasi saya

    So why should we care of their cool-thingy? lol
    We also have our cool-thingy. A different cool thingy

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh, Bang Aul. Komentarnya sudah cukup positif untuk membuat patronus saya berhasil nih :)

      Hapus
  17. IDIH BARU TAHU ADA BLOG BEGINIAN SEKARANG SI ASMA. *gampar pake setrikaan*
    Ciyee sekarang udah bisa bercanda. Muehehehe. (Duh, kayaknya komen gue ini timpang dibanding komen-komen keren di atas. Gimana dong. :()

    BalasHapus
    Balasan
    1. INI KARMA GARA2 AKU GAK PERNAH BW LAGI jadi harus ganti alamat domain. Heu.
      Btw, apakah dulu aku sekaku itu gak bisa bercanda? :3

      Hapus
  18. Susah bagiku mendeskripsikan keren. Yang jelas, rambut jambul atau mohawk nggak akan membuatku keren. Malah malu jadinya. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Idih, Robby merusak suasana syahdu deh. Hahaha.

      Hapus
  19. Gue sering banget merasa nggak keren. Jalan selalu nunduk hanya karena gue merasa lebih nyaman kalo nggak bertatapan dengan orang-orang. Gue pengen banget jadi keren, punya kepercayaan diri, nggak malu-maluin :(

    BalasHapus
  20. Keren menurut saya ya menjadi diri sendiri aja.. :)

    BalasHapus
  21. Sama seperti yang baru2 ibi aku alami..,hiks...

    BalasHapus
  22. Lebih baik kita terlihat keren di mata Allah dengan menjalankan semua perintah Nya dan menjauhi Larangan Nya

    BalasHapus

Hello, there! Welcome to harianiseng. Have you travel around here a lot, and get lost? Make sure to pay a visit later! Love.

FRIENDS OF MINE

Subscribe