#Day 9: Memberi yang Terbaik Itu Baik

Minggu, Desember 08, 2013

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain.”
HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni.


Photo Credit: weheartit.


Pukul 03.30 pagi ini. Alarm berbunyi berisik.

Pagi ini, saya terbangun dengan panik. Baru bangun pukul setengah empat pagi. Ini namanya kesiangan. Teringat bahwa semalam ketiduran setelah percakapan kembang api, dan yang penting sama kamu, membuat saya ingin tertawa terbahak. Kemudian menyadari lembaran tutorial gizi dasar belum saya rampungkan. Huft.

Setelah melakukan ini itu —misalnya guling-guling di kasur atau mengusutkan sprei hahaha, saya mulai mengerjakan; tutorial kali ini menghitungi nilai gizi dari satu menu makanan. Ini asyik, lho sebetulnya. Seolah-olah saya sudah bekerja di balik meja ahli konsultan gizi dan sedang menyusun menu baru di salah satu rumah sakit tempat saya bekerja. Menyebalkannya adalah harus menghitung nilai gizi satu persatu dari sepuluh makanan ini. Baik karbohidrat, protein, lemak, energi. Juga menyesuaikan apakah makanan itu digoreng atau ditumis karena ternyata mempengaruhi penyerapan minyaknya. Yeaah at least, saya sudah berusaha semaksimal saya.



Ah, saya jadi membayangkan. Kalau Allah memperbolehkan saya menjadi seorang ahli gizi kelak, tentu akan ada mereka yang membutuhkan pertolongan saya. Saya garis miringkan karena pertolongan yang saya maksud adalah khusus —ahli gizi dan kliennya hehe—. Mereka datang kepada saya untuk memakai bantuan saya. Dan tentunya saya harus bertemu dengan mereka. Saya harus menyediakan waktu untuk mereka. Membantu sebisa yang saya bisa.

Dan, kamu tahu, suatu saat nanti pasti tiba masanya saya menjadi pengatur menu makanan untuk seseorang, Menyesuaikan setiap asupan makanannya, menghitung jumlah kalori yang dibutuhkan selama sehari, merencanakan menu dan diet khusus. Ah, rasanya tidak ada yang lebih indah ketika saya dapat melakukan ini untuk orang lain. Mereka berdiskusi dengan saya, berdebat sedikit, meminta didengarkan, juga mematuhi saran-saran yang saya utarakan. Dan yang lebih hebat lagi; mereka mempercayai saya.

Sampai suatu ketika di pertemuan yang kesekian, mereka —klien-klien saya, akan membagi senyum sembari berkata: program kali ini sudah berhasil. Terima kasih atas bantuannya selama ini. Ibu akan saya rekomendasikan untuk naik jabatan. Hahaha akhir-akhirnya salah fokus. Mohon diabaikan.

Oh iya. Saya pikir, untuk membuat orang lain tersenyum tidak perlu memakai tongkat peri atau kostum bersayap. Pun tidak harus memiliki kekuatan super agar dapat melakukan suatu perbuatan heroik kemudian dielu-guekan dielu-elukan menjadi seorang pahlawan. Kita hanya perlu melakukan perbuatan kecil tetapi ternyata bermakna untuk orang lain. Semacam menolong orang lain dengan natural.

Hal pertama dan paling penting dibutuhkan untuk menolong orang lain adalah niat. Karena ada yang bilang, segala sesuatu itu tergantung pada niatnya. Bisa saja kan kita terlihat sedang melakukan suatu kebaikan di mata orang lain, padahal aslinya kita tengah merencanakan sesuatu yang buruk. Hahaha. Semoga tidak begitu ya.

Kedua, kemauan. Biarpun kamu orang Indonesia, di mana orang Indonesia dikenal dengan budaya ngaret-nya, yuk segera rubah diri agar tidak menunda-nunda berkemauan menolong orang lain. Selagi bisa mengerjakan kebaikan saat ini juga, kenapa harus besok? Tidak ada yang tahu kan kalau besok kamu sudah tidak bisa melakukan kebaikan lagi karena tidak diberi kesempatan. Hii.. syerem!.

Juga perasaan tidak pernah merasa dirugikan. Aneh, dong ketika kita berniat membantu orang lain, tetapi tidak ikhlas karena takut rugi.

Dan buff… melalui profesi kita —apapun itu, menolong orang lain dapat dijadikan sebagai sebuah kebiasaan bukan? Yuk, segera bertransformasi menjadi manusia yang begitu ingin bermanfaat bagi orang lain. Menjadi manusia yang sedikit lebih peka dengan lingkungan sekitar kita.

Perlahan saja mengamati dengan teliti. Sudahkah terdengar sayup-sayup suara yang membutuhkan pertolongan? Semangat hidup saling tolong menolong ya!



xoxo,



Ma.


p.s
late post hehehe so sorry

You Might Also Like

24 COMMENTS

  1. Yup, selalu berusaha menjadi orang baik.

    BalasHapus
  2. Siap..!
    Karena dengan tolong menolong semua akan tersa indah..

    Wah...
    Templete kita basic-nya sama.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepatutnya sih begitu hehehe.
      Ah iya, sama-sama gallery ya.

      Hapus
  3. Berbagi dan saling membantu itu perbuatan yang bikin seneng kalau dilakukan secara ikhlas, ya that's just my opini haha.
    Oh ya, kak Asma mungkin aku kasih koreksi atau sekedar tanya aja deh, di dalam kalimat >> "di mana orang Indonesia" itu seharusnya kata "di mana" di gabung, 'kan? Bukannya itu emang satu kata ya?
    Terus, kalimat >> "Aneh, dong ketika kita..." tanda koma itu rasanya janggal diletakkan di kata "Aneh" karena harus berhenti sejenak dalam membacanya tapi setelahnya ada kata "dong" atau aku yang nggak bisa bacanya ya? Haha
    Next, tanda titik setelah tanda seru itu bukannya nggak perlu ya? Mungkin kelebihan nih >> "Hii.. syerem!." hehehe :D *cerewet banget ini Nofi*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe yang penting ikhlas sih. Jangan pamrih.
      Oh iyaaaa. Terima kasih masukkannya ya. Baru pernah ada yang seteliti ini, biasanya dikritik dari bahasa aja hehehe.
      Kalau di mana itu setahuku kata depan menunjukkan kata tempat, jadi memang dipisah, Dek. Kesalahanku itu malah 'di mana' seharusnya ngga boleh dijadikan kata hubung antar kalimat. Hehehe.

      Hapus
  4. semoga impiannya buat suatu saat bisa jadi ahli gizi yang berguna terkabul yah :)

    BalasHapus
  5. Dan jangan ngerasa lelah buat terus jadi orang baik. Jadikan lelah tadi jadi lillah.
    Semangat terus bu nutrisionis. :D

    BalasHapus
  6. menolong hewan aja pasti bikin kita tersenyum. apalagi menolong sesama manusia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar sekali, Bang. Apalagi kalau menolongnya ikhlas tanpa mengharapkan pamrih.

      Hapus
  7. mantap, jadi orang harus bermanfaat emang :)

    BalasHapus
  8. memberi, kata yang sangat bermakna :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi ingat zaman SD, "memberi itu lebih baik daripada menerima."

      Hapus
  9. “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain.”
    — HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni.

    That's the point of this article. Bagus.

    BalasHapus
  10. Ngomong-ngomong soal ahli gizi, mengingatkan aku pada tugas video feature-ku tentang PGS alias Pedoman Gizi Seimbang. Heuheuheu :)
    Salam kenal, Asma.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa nih Mbak buat kolaborasi kalo saya ada sosialisasi gizi ke masyarakat hehehe.

      Hapus
  11. Aihhhh ini ahli gizi kedua yang blognya cihuy yang saya temui.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe terima kasih sudah kesasar ke sini :))

      Hapus
  12. Waaah Ahli Gizi ya... boleh nih konsultasi untuk menunya Ail sehari2 *heheheheh.... :)

    Sukses ya mbak, segala cita2nya tercapai...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih calon, Bunda. Aamiin terima kasih ya :))

      Hapus

Hello, there! Welcome to harianiseng. Have you travel around here a lot, and get lost? Make sure to pay a visit later! Love.

FRIENDS OF MINE

Subscribe