My Dreamcatcher

Minggu, Februari 02, 2014

The future belongs to those who believe in the beauty of their dreams.
 Eleanor Roosevelt



Chase for me, dreamcatcher! | Photo Credit: tumblr.

Saya suka bermimpi. Saya percaya bahwa semua orang—secara tidak sadar—ditakdirkan menjadi seorang pemimpi yang handal. Mereka dikaruniai khayalan yang tinggi. Bagaimana seseorang dapat menjadi apa pun yang mereka inginkan hanya lewat pikiran, tergantung dia berani memainkan imajinasinya atau tidak.

Dan bermimpi menjadi salah satu hal favorit saya sejak kecil. Saya pandai membayangkan segala sesuatu yang saya inginkan hanya dengan memejamkan mata. Lama-lama. Kemudian ribut membual apa yang barusan saya bayangkan secara mendetail kepada teman main.

Kebiasaan ini terbawa hingga saat ini. Dan, saya akan menyebutkan beberapa mimpi kecil saya kepada kamu. Sembari berharap agar kamu dapat berbaik hati mengaminkan pinta saya.



pemilik perpustakaan sejuta buku.

Photo Credit: tumblr.com

Dulu, saya pernah punya perpustakaan kecil di rumah. Saya menyewakan semua buku koleksi milik saya dan adik perempuan yang tidak seberapa jumlahnya, ke teman main, teman sekolah, teman les, dan teman-teman lainnya seharga seratus rupiah per buku. Seratus itu amat lumayan masa itu. Membuat kami berdua dapat menambah koleksi buku setiap bulan hanya dari uang sewa. Sayangnya, kami berdua semakin besar dan mempunyai kepentingan yang berbeda. Sampai akhirnya perpustakaan ditutup untuk umum.

Saat ini, koleksi buku saya memang masih belum seberapa. Koleksi saya pun hanya berputar pada buku-buku kegemaran saya saja, seperti novel atau komik, yang kata Abee:itu ngga ada esensinya sama sekali.

Akhirnya saya berjuang menyisihkan uang saku untuk membeli buku genre baru—yang kata Abee ada esensinya— sementara adik perempuan ini, hanya suka pinjem baca milik saya. Huft.

Kamu tahu, perpustakaan saya kelak, akan saya jadikan perpustakaan terlengkap se…kompleks perumahan. Hehehe. Awal yang bagus, kan? Pasti menyenangkan saat anak-anak kecil—mungkin teman main anak saya kelak— bergerombolan datang ke rumah setiap Sabtu dan Minggu. Membaca buku sambil bergurau di teras samping rumah saya. Pulang dengan sumringah sambil menggandeng buku pinjaman dari perpustakaan saya. Atau… melihat mereka semua duduk rapi saat saya memulai sesi membaca buku dongeng untuk mereka.

Ah, perasaan saya jadi hangat saat menuliskan ini.


menjadi salah satu pengajar muda Indonesia Mengajar.
Sebetulnya ini mimpi jangka panjang saya berkaitan dengan impian menjadi guru sejak kecil. Menjadi tim Pengajar Muda di Indonesia Mengajar. Kamu mungkin sudah pernah mendengar Indonesia Mengajar sebelumnya, bukan? Iya, ini merupakan organisasi ide dari Bapak Anies Baswedan, salah seorang lulusan UGM—entah tahun berapa. Kamu boleh main ke website ini kalau penasaran. :)

Tentu ini tidak main-main.

Di Indonesia Mengajar ini, saya dituntut untuk dapat membagikan ilmu yang telah saya peroleh kepada adik-adik di pelosok nusantara selama satu tahun. Iya, di pelosok nusantara. Bahkan Kak Maharsi, salah satu kakak kelas UGM—yang lagi-lagi saya kenal lewat blog—memperoleh amanah mengabdi di Pulau Bawean. Jauh dari kampung halaman.

Menjadi Pengajar Muda tidak hanya harus pintar dan mempunyai cita-cita tinggi untuk dapat memberi pendidikan yang baik kepada adik-adik di pelosok sana. Tetapi, bagaimana kepedulian, saling menghargai dan menghormati kita diuji karena hidup berdampingan dengan masyarakat asli selama satu tahun. Memperhatikan orang-orang yang belum saya kenal sebelumnya. Pembuktian semangat juang dan daya tahan yang saya miliki. Mengesampingkan ego yang selama ini melingkupi diri saya. Dan, ya, masuk menjadi bagian kecil dari masyarakat di pulau itu nantinya.

Saya berharap ini menjadi satu titik tolakan yang penting dalam hidup saya. Bagaimana saya harus bersaing dengan ratusan teman lain dari seluruh Indonesia agar dapat menjadi salah satunya. Mengabdi kepada masyarakat. Menjadi seseorang yang bermanfaat bagi orang lain. Doakan saya, ya!


klinik gizi untuk masyarakat. konsultan gizi. sosialisasi masyarakat.


Yes, I am. | Photo Credit: google.

Ini sejalan dengan jurusan saya di perkuliahan ini: Gizi Kesehatan.

Kamu perlu tahu bahwa masyarakat modern saat ini lebih menyukai makan makanan yang praktis-praktis saja, makan asal kenyang tanpa memperhatikan nilai gizinya, saat inilah waktunya saya—dan teman-teman sejawat—bekerja sama memperbaiki pola pikir masyarakat.

Di daerah tempat saya tinggal, belum ada ahli gizi yang membuka klinik gizi atau tempat konsultasi. Padahal, beberapa penyakit pada bayi dan balita dapat diakibatkan karena pola makan ibu yang tidak seimbang ketika mengandung. Dan itu tentu berkaitan dengan asupan yang ibu konsumsi.

Klinik saya tidak akan serupa dengan rumah sakit pada umumnya yang penuh aura mengerikan dengan bau karbol yang menyengat. Tidak. Akan ada banyak poster kesehatan atau replika makanan dari lilin yang disusun sedemikian rupa di sepanjang dinding. Konsultasi dengan klien pun tidak dilakukan dengan resmi. Ah, mungkin dapat dilakukan sembari mengadakan kelas memasak atau olahraga bersama.

Saya belum memikirkan sejauh itu. Hehehe. Yang jelas, saat ini saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan belajar di Gizi Kesehatan ini. Belajar sebaik yang saya bisa. Menghisap ilmu dari berbagai sumber yang saya tahu. Mencari peluang yang dapat saya selipi. Tentu, nantinya akan membawa berjuta hal ajaib dalam hidup saya.


menerbitkan naskah. menulis. penulis.


keep on writing, Ma! | Photo Credit: here

Ah, bermimpi menjadi penulis, kenapa tidak? Saya melakukannya. Dan kali ini, dengan senang hati, saya akan menceritakan rahasia kecil saya padamu. Sst, jangan bilang siapapun. Oke?

Dulu—ketika umur saya sepuluh tahun—saya pernah begitu bersemangat membuat buku kumpulan cerita pendek. Saya menuliskan cerita-cerita saya, satu persatu di balik kertas bekas skripsi kepunyaan Abee—panggilan untuk Ayah. Mengalir begitu saja karena terinspirasi dari pengalaman sehari-hari yang saya lebih-lebihkan agar terkesan lebih seru. Duh, tetiba saya sadar awal mula menjadi lebay seperti sekarang. Hahaha.

Ketika sudah terkumpul beberapa cerita, saya menyalinnya di buku tulis seharga seribu rupiah. Menyalinnya serapi yang saya bisa, membuatnya agar terlihat bagus ketika dibaca orang lain. Kemudian mendesain sendiri gambar sampulnya. Tentu secara manual, lha wong komputer saja saya belum punya. Saya menggambarnya sendiri, dengan hati-hati, kemudian mewarnainya pandai-pandai.

Sampai suatu ketika, rumah saya kebanjiran. Buku kumpulan cerpen saya hanyut, begitu pun mimpi saya menjadi penulis. Hahaha. Iya, saya memang cemen.

Belakangan, mimpi ini mencuat kembali akibat teman-teman blogger berguguran menerbitkan buku. Saya pun kembali bersemangat pamer tulisan di harian iseng. Menulis hampir setiap hari—meskipun banyak yang tidak selesai. Belajar membuat cerita pendek. Menulis puisi. Membaca buku-buku kepunyaan penulis kawakan. Menghidupkan mimpi saya bahwa suatu saat akan ada orang yang membaca buku saya dengan raut wajah nyaman.

Saya tetap menulis. Dan kelak ketika waktunya tiba, saya akan punya buku saya sendiri. 




Hehehe maafkan saya karena telah bercerita terlalu banyak saking semangatnya. Semoga saja sebanyak semangat saya mewujudkan mimpi saya ini satu persatu. Doakan terus, ya, kamu!

xoxo,


Ma

ps

You Might Also Like

29 COMMENTS

  1. impiannya banyak banget ya ternyata. semoga bisa kesampaikan semua deh. hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe iya banyak padahal baru sepersekian persennya yang aku sebutin. Aamin. Bang Arman sukses juga ya :))

      Hapus
  2. Impiannya keren-keren :D semoga semuanya dapat terwujud ya. kalau perpustakaannya udah lengkap sekomplek perumahan, pinjam buku-bukunya ya. tapi gratis. ahaha :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha Muthi maunya yang ngga modal ah.

      Hapus
    2. muthi kan cinta gratisan Asma :D Ahaha

      Hapus
  3. wah ikutan ga ini juga ya^^, keren keren nih impiannya
    semoga bisa tercapai semuanya

    awalnya saya kira abee siapa eh ternyata panggilan buat ayah toh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rizhu juga? Banyak sih yang ikutan GA ini hehehe. Aamin. Sukses juga buat kamu ya.
      Hehehe iya.

      Hapus
  4. wah mimpi kita qo sama si mba? hhe.. kecuali yg no 3 hhe...
    semoga terwujud ya mba :)

    BalasHapus
  5. Mimpinya beberapa hampir sama kayak mimpi saya, apalagi yang terakhir itu, menjadi penulis hehe :D

    BalasHapus
  6. Mimpi yang bagus. Pengen ikutan juga tapi terganjal persaratan :D
    Pengennya sih ke daerah Indonesia Timur. Sulawesi, Maluku, Irian, Nusa Tenggara.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe ini mengomentari pengajar muda-nya ya?
      Aku aja ngga yakin bisa, tapi sengganya berani bermimpi dulu deh.

      Hapus
  7. wanna be writer . okesip kak! mari berjuang ^^9

    BalasHapus
  8. asik, asma ngikut giveaway ini juga meski di hari terakhir :p
    'Kamu perlu tahu bahwa masyarakat modern saat ini lebih menyukai makan makanan yang praktis-praktis saja...' dan saat saya membaca ini saya sedang makan mi instan ._.

    tulisanmu keren loh. ciyus. banyak belajar nih saya dari tulisan2mu..
    semoga semua yg ikut GA ini menang ya~ (loh?) LOL

    amiin amiin amiin utk semua cita2nya~ - itu kan yg diharapkan? ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha iya Mas, biasa deh deadliner sejati :p
      Oke aku acungin jempol karena udah ngaku nih. Not really that good, Mas. Masih harus banyak belajar biar pembaca itu baca setiap kalimatnya, nggak cuma dilompat-lompat hehehe.
      Ah, gimana kalo yang ikut GA ini menangnya lewat berhasil mewujudkan semua mimpinya? Biar adil gitu kan.
      Hehehe aamin. Sukses selalu Mas Dokter :))

      Hapus
  9. Mau lihat cerpenmu doong. Penasaran :))
    Itu hampir semuanya realistis, kok. Pasti bisa dicapai. Dan. Kalau udah punya perpustakaannya, kabarin ya. Mau tidur-tiduran di sana. Hoho.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe.
      Tidur di perpustakaan itu riskan lho, Bang. Resiko kejatuhan buku dari rak itu tinggi :p

      Hapus
  10. woow, impiannya luar biasa.. semoga terwujud asma :)

    BalasHapus
  11. nice post, saya juga dulu pernah bermimpi jadi seorang penulis, sempet juga bikin cerpen (genre komedi tapi), namun seiring berjalan waktu karena kesibukan dan lain hal, saya jadi malas untuk menulis lagi, dan impian itu pun sirna *alasan yang nggak beralasan*.
    tapi semenjak aktif ngeblog dan blogwalking ke rekan2 lainnya, sy jadi punya semangat untuk menulis lagi, walaupun masih ngawur, hehe..

    BalasHapus
  12. Semangat deh. Saya suka semangat 'mengajar'-nya.

    BalasHapus
  13. Moga Mimpinya terwujud . . .
    trus suksess GA nya . . .

    ditunggu kunjungan baliknya . . .

    BalasHapus
  14. Subhanallah, mimpinya indah banget, mbak :)
    Dulu pernah ada narasumber dari gerakan (semacam GPM) dan membuat saya tertarik ingin ikut. Tapi, bingung meminta ijin dari orang tua, mbak :(

    Good luck buat mimpi dan GA-nya :)

    BalasHapus
  15. Hai,salam kenal ashima.
    Mimpimu bagus banget deh..
    punya perpustakaan besar,pusat gizi dan menjadi penulis. Aku turut mengamini ya.

    BalasHapus
  16. Semoga mimpinya tercapai ya mbak... makasih udh ikutan

    BalasHapus

Hello, there! Welcome to harianiseng. Have you travel around here a lot, and get lost? Make sure to pay a visit later! Love.

FRIENDS OF MINE

Subscribe