Surat Cinta 14: Untuk Pemecah Hati

Kamis, Februari 20, 2014

Photo Credit: tumblr.



Pagi ini, saya sudah terdiam begitu lama di depan netbook. Menatap kosong putih ini bermenit-menit. Menghitung kursor yang berkedip-kedip. Saya sebetulnya ingin menuliskan beberapa baris pesan untukmu. Saya yakin, sesuatu yang tidak pernah ingin kamu baca.

Saya tidak peduli. Betul-betul tidak peduli kalau saja kamu tiba-tiba begitu ingin menampar saya setelah selesai membaca pesan ini. Atau ini, kamu malah kangen merindukan saya lagi. Seperti dulu.

Entah.

Saya dengar, kamu sudah bahagia dengan pria pilihanmu itu. Siapa dia? Saya yakin dia bukan pria serupa saya, yang kamu bilang: kamu pria pertama yang mematahkan hatiku, di rangkaian linimasamu beberapa menit lalu. Ah, kenapa perempuan begitu mudahnya menuliskan hal remeh temeh dalam kotak seratus empat puluh karakter itu, sih?

Duhai. Kamu bahkan begitu pandai memecahkan kepunyaan saya.

Saya masih mengingatnya. Saat kamu memerangkap hati saya, tetapi menggenggam tangannya. Di saat yang sama.

Saat kamu tertawa mendengar gurauan saya tentang kelinci-kelinci peliharaan di rumah, tetapi kamu begitu mudahnya menangis saat dia tidak membalas pesanmu. Lalu saya menghentikanmu memenuhi pikiran dengan keburukan.

Saat kamu mulai melupakan deretan angka di kalender yang sebelumnya kita ingat bersama, tetapi mulai menghitung mundur setiap minggumu dengannya. Menyalin daftar-daftar yang tidak saya mengerti di buku harianmu. Lembaran yang dulu penuh dengan gambaran asal saya saat bosan. Kamu mulai menghapusinya. Satu persatu.

Saat kamu bersandar dan mengaduh mendengar lolongannya yang menyakitkan. Dan bukannya menceritakan bulat sempurnanya matahari di kejauhan. Masih senja yang sama seperti saya lihat. Kemerahan. Seperti pipimu saat dia menegur sapamu. Akhirnya.

Kemarin. Saat senja memaletkan keemasan di kaki langit. Saat kamu akhirnya berbagi kunci dengannya. Dengan pria itu. Mengkotak-kotakkan hati saya dengan abu. Saya tersenyum. Saya bersorak merayakan kebahagiaanmu. Oh, sial. Saya bahkan masih dapat mengingat kerutan di matamu saat kamu tertawa.

Sayangnya, kamu bahkan tidak menyadari. Beberapa potong dari pecahan hati saya yang berserakan ini, terbawa olehmu. Ikut terkunci. Berbaur bersama kepunyaan pria itu, yang kamu bilang: dia pandai membuat kupu-kupu di perutku menari.




Bohong.

Saya mengenalmu lebih dulu dari dia mengenalmu. Saya mengenalmu lebih dulu. Jauh. Dari kali pertama kamu mengenal saya. Omong kosong macam apa ini. Dia membuat kupu-kupumu menari? Kamu pasti bercanda.

**

Setelah bertahun terlewat. Saat itu hujan gerimis riwis-riwis.

Kamu berlari tergopoh membawa sejumput kesedihan. Kamu menemukan saya. Ah, saya bahkan tidak bersembunyi dari kamu. Bagaimana mungkin kamu menemukan saya? Kamu hanya tidak sengaja menginjak bayangan saya. Terkesiap. Apa kamu bahagia saat itu, sebahagia saya mengitari sosokmu yang terus menghilang?

Napasmu masih satu-satu. Lalu kamu membagi senyum. Senyum yang sama. Ada dua lipatan kecil di masing-masing pipimu. Kamu manis. Dan saya masih pandai mengingatnya.

Kamu bilang, dia sudah mematahkan kuncinya. Saya mengangguk, aku tahu. Bahkan tanpa perlu kau katakan. Kau mau aku menyembuhkannya?

Saya sudah lama sendirian. Menyendiri. Di tengah padang ilalang mengangguk-angguk tersibak angin. Saya tahu, saya tidak sanggup lagi berpura tidak mencintaimu.  

Aku mencintaimu dan itu sudah semestinya.

Mata saya basah. Saya tahu. Ini bukan karena hujan.


Yogyakarta, Februari 2014
p.s

Beberapa hari, ah sebetulnya bulan, saya membaca sebuah artikel tentang: Bagaimana menulis tokoh berbeda gender. Saya tertarik. Lalu mencoba membuat ini. Berperan seolah-olah saya adalah seorang laki-laki berhati besar. Hahaha. Saya tahu. Ini masih terlalu menye-menye untuk sebuah cerita dengan sudut pandang laki-laki. 

You Might Also Like

54 COMMENTS

  1. Udah dapet feeling asmaisminya, jadi waktu baca ini masih terus mikir kalo ini yang nulis cewek :D

    BalasHapus
  2. Emang sih kesannya terlalu menye2 untuk cowok. Tapi ada kok cowok yang menye2 kayak gitu. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe iya ya tapi jarang. Harus lebih macho lagi nih besok.

      Hapus
  3. lompatan-lompatan diksi yang asyik, saya menikmatinya :)
    oh yaa.... Mba Asma pernah dengar istilah bahwa: perempuan biasannya memutuskan sesuatu (perasaan cinta misalnya) itu berdasarkan mod, sedang laki2 biasanya lebih menggunakan logikannya?
    Salam Hangat dari Musi Rawas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe masih belajar kok.
      Iya pernah dengar hehe dan itu saya masih susah waktu bayangin jadi si laki-lakinya itu.

      Hapus
  4. Balasan
    1. Wah, anda diam-diam menitipkan link hidup ternyata. Hahaha.

      Hapus
  5. Masih tetap spesial walau Kak Asma ambil POV dari seorang laki-laki, aku tau Kakak bisa lebih baik dari ini :)

    BalasHapus
  6. Iya, sih. Terkesan cowoknya emang agak menye-menye, Ma. :))
    Dan seperti biasa, tulisan surat cinta kamu bagus banget. Kok kuliah di falkutas kedokteran udah kayak anak sastra, ya. Muahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe kebiasaan temenan sama aku kali ya jadinya ketularan menye-menye. Wah, bang Mamat ngga usah gitu juga sih :p

      Hapus
  7. Penulis favorite saya banget kak Asma ini! Besok bikin yang versi macho tapi kalem kak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Macho tapi kalem. Duh, padahal aku feminin banget, Dek :p

      Hapus
  8. lagi-lagi-lagi aku suka diksinya. baguuuus mbak asma :')

    BalasHapus
  9. Bagus sih, tapi emang kurang macho. Biar lebih macho harusnya tampilin foto gue, Ma. :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo ada fotomu, aku khawatir dikira itu aku tulisin buat kamu, Bang. Skandal deh :p

      Hapus
    2. Yo ndak papa. Asalkan jangan ada plang smp 4 nya.

      Hapus
    3. Dari semalem aku mikirin ini maksudnya apa. Terus baru pagi ini aku ngerti. Huahaha.

      Hapus
  10. Bagus kak... ceritanya bikin aku keluar air mata dan kutau bukan karena hujan :)

    BalasHapus
  11. kalimat "Ah, kenapa perempuan begitu mudahnya menuliskan hal remeh temeh dalam kotak seratus empat puluh karakter itu, sih?"
    saya ngakak banget, walaupun ini bukan cerita komedi hhe

    tapi kalau boleh jujur ini sudah lumayan baguh, hanyasaja karakter cowok yg ditulis diisini malah kelihatan kayak cewek kak. hanya komentar hhe :D

    kunjungin blog saya yaa, minta komentar tulusan ini: www.adittyaregas.com/2014/01/cemburu-dibalik-cderita-anak-magang.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, soalnya itu emang pengalaman pribadi :p
      Hehehe iya soalnya penulisnya cewek tulen yang belum jago nulis. terima kasih sudah mampir ya.

      Hapus
  12. Wah tata cara penulisan sama diksinya asik dibaca. Salut sama mbak-mbak satu ini :))

    BalasHapus
  13. Pertama-tama ku kira ini certia beneran, pas sampai ditengah2 baru paham kalau ini cerita fiktif. he he he... Lanjutkan, untuk menulis berbeda gender mungkin lebih banyak pengamatan lagi. he he he

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe untungnya bukan beneran :))
      Siap segera observasi!

      Hapus
  14. baru ngeh, ternyata tokoh yang diperanin itu cowok ><
    aaakk, aku tertipuu

    BalasHapus
  15. Pertama baca masih bingung, ini peran cowo atau cewe.. ehh ternyata perannya cowo :)) hehe. Semangat trus nulis berbeda gender mba :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe biar nggak bingung harusnya gimana ya. Iya terima kasih sudah mampir :))

      Hapus
  16. bagian ini: "Saya mengenalmu lebih dulu dari dia mengenalmu. Saya mengenalmu lebih dulu." aku bangeeet hahaha tapi dari sudut pandang cewek sih huhu

    BalasHapus
  17. Mba Asma kalau nulis selalu keren, kata-katanya bagus haduuuh~

    BalasHapus
  18. eh, saya di sini cowok ya ternyata?

    BalasHapus
  19. jadi ini tulisan pertama 'sebagai' lelaki ya? udah bagus koq, karakternya udah dapet (y)

    btw, salam kenal ya Asma. kunjungan perdana nih :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya hehehe masih harus belajar lagi.
      Halo salam balik dari Harian Iseng.

      Hapus
  20. Dikalimat pertama sempet bingung, loh kok "Pria pilihanmu", ah ini pasti tentang sahabat nih. Kan banyak tuh cewek yang terasa terasingkan oleh sahabatnya sendiri waktu si sahabat baru punya pacar. Ternyata...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe iya lagi belajar nulis POV laki-laki, Bang.

      Hapus
  21. awal baca, saya bingung, asma nulis kenapa memakai kata 'pria pilihanmu'
    ternyata coba menulis cross-gender

    ah, tulisannya bagus kok. untuk hati yang sedang dirundung rindu, yang tak tahu kapan menyentuhkan dirinya kembali.
    tapi kesan 'cewek'nya terasa banget sih.. hahaha. kalau saya di posisi itu, sudah saya lupakan semuanya wkwkwk #eh #waduh

    BalasHapus
  22. Asmaaaaaa~ lama tak main-main banyak tulisanmu yang harus kubaca :))
    Laki-laki macam apa yang seperti ini .-.
    Boleh mesen satu? *eh dikata apaan haha*

    BalasHapus
  23. Menye-menye ya? Tapi keknya kan ada juga yang karakter lelaki seperti itu :D

    BalasHapus
  24. Bagusss banget~! Aku cuman penikmat cerita, gak bisa bikin..hehe

    BalasHapus

Hello, there! Welcome to harianiseng. Have you travel around here a lot, and get lost? Make sure to pay a visit later! Love.

FRIENDS OF MINE

Subscribe