#Tentang Rumah

Rabu, Februari 01, 2012


ah, tiba-tiba teringat percakapan dengan seorang sahabat sudah lama sekali ketika akan hunting makanan berdua.
“amaaa, ama. lihat rumah itu deh. yang warna catnya putih itu. di depan!”
saya pun langsung celingukan mencari rumah yang sahabat saya maksud. begitu melihatnya,
“wow!!”
ya, wow sepertinya salah satu ungkapan yang tepat ketika itu. mata kami berbinar-binar kagum  melihat rumah itu seolah kami berdua hanyalah seonggok alien aneh dari Planet Mars yang terdampar di bumi, dan itu adalah kali pertama kami melihat sebuah rumah. ahaha terlalu melebihkan.

tapi itu benar. rumah yang kami lihat memanglah hanya sebuah bangunan tempat tinggal berlantai dua, bergaya minimalis yang cantik, bercat putih bersih dan berpagar kuning gading, di balik jendela lebarnya kami berdua bisa melihat gorden kelabu, ada taman kecil berbunga warna-warni yang terlihat asri, dengan teras dihiasi meja kecil dan bangku bundar yang imut, menanti untuk kami berdua duduki haha.
ya, bangunan itu tadi yang biasa disebut rumah. namun rumah tadi terlihaaaaat, err.. terlihat begitu berbeda. lain dari rumah yang sehari-hari kami lihat.

memang ada begitu banyak rumah yang serupa, namun saya dan sahabat saya sepakat berpendapat, itu adalah rumah yang berbeda.ada yang lain sama rumah yang ini.

tapi kami masih bingung. semakin kami berdua mencari apa yang berbeda dengan rumah yang tadi, pikiran kami melantur kemana-mana, membuat kami berdua tergelak. saling berbagi membandingkan rumah yang akan kami buat kelak.

“besok rumahku mau kucat warna merah lembayung,” ujar saya merem – sembari membayangkan rumah saya kelak. “jadi besok saingan deh sama warna langit sore.”

sahabat saya malah tergelak, membuat saya merengut. “sekalian aja tambahin gambar mataharinya, terus ada binatang-binatangan gitu, sama anak kecil pake baju wana-warni lagi main ayunan. biar kaya bangunan TK sebelah sekolah kita dulu. ahaha”

kemudian sahabat saya berhenti tertawa dan berubah serius ketika saya bertanya padanya, “hei, bukankah rumah mau seindah apapun arsitekturnya, mau secantik apapun rupanya, kehangatan dalam rumahnya tergantung oleh orang di dalamnya?”

dia berpikir sejenak, kemudian berkata yakin,”ya, tentu saja. keharmonisan di rumah itu kan ga ditentuin sama gede rumahnya. ga ada yang tahu kan rumah segede istana ternyata penghuninya lebih suka ribut sendiri. ga ada yang tahu juga rumah kontrakan sempit panas ternyata orang yang tinggal di dalemnya akur-akur harmonis banget.”

**

perkataan sahabat saya saat itu membuat saya teringat rumah kecil saya. tempat saya tinggal sudah begituuu lama, bahkan semenjak adek laki-laki saya belum lahir. sekarang ia kelas 5 SD, mungkin sudah sekitar 12 tahun saya tinggal di rumah ini. sebelumnya saya memang tinggal berpindah-pindah. namun, ingatan yang paling kental yaaa, di rumah sekarang ini.

saya masih ingat pertama kali saya pindah, saya heran karena rumah saya tidak mempunyai jendela di bagian terasnya haha. aneh memang. tapi itu rumah saya hehe.
cuma ada tiga kamar, satu ruang tamu digabung dengan ruang keluarga, dapur berbaur dengan ruang makan, dan satu kamar mandi di bagian dalam. masih sempit memang. apalagi ibu saya bekerja sebagai bidan, karena itulah tiga kamar tadi salah satunya disulap menjadi kamar praktek.

semuanya berjalan dengan luruuus, hingga suatu ketika ada dua ibu hamil yang akan melahirkan datang bersamaan ke rumah saya. ibu saya sempat bingung, hingga akhirnya kamar saya dan adek perempuan saya, kami berdua relakan untuk tempat bersalin haha. malam harinya, rumah saya seperti camp penampungan dengan tiga kepala keluarga yang tidur berdesakan di ruang keluarga. oh iya, di kamar saya dan adek perempuan saya bahkan ada cipratan darah dari ibu yang melahirkan saat itu.

kemudian rumah saya direnovasi, bagian depannya ditambah bangunan baru kemudian dibangun lantai duanya. nah, saya baru tahu kenapa dulu bagian depan rumah tidak berjendela haha.

seperti itulah rumah saya sekarang.

tidak besar, namun panjang berderet seperti dua rumah yang berdampingan. eh, tidak seperti sih, lebih tepatnya memang dua rumah yang dibangun berjejer. berlantai dua, bercat hijau dengan halaman kecil yang semrawut terlalu banyak bebungaan liar haha. ada pohon sawo, mangga, jeruk bahkan pisang pun cukup nangkring. ketika pertama kali masuk, akan ada lukisan bunga tulip di dinding sebelah kiri, itu lukisan saya lho. hehe.

tidak peduli dengan kata orang mengenai rumah saya. namun saya rasa inilah rumah sebenarnya, bangunan cantik di mana saya menemukan arti kata kembali pulang.

You Might Also Like

0 COMMENTS

Hello, there! Welcome to harianiseng. Have you travel around here a lot, and get lost? Make sure to pay a visit later! Love.

FRIENDS OF MINE

Subscribe