Day #7: Sendu

Minggu, Juli 27, 2014



14


‘kamu masih sendu, Nona’

aku kerepotan menghujani
kibor dan membenamkan
spasi dan menyorot tetikus
dan menyembunyikan frase
ketika dia tetiba melompati
penglihatanku, suatu ketika


‘dan aku bukan ilalang’

aku kerepotan menghentikan
gempa bumi dalam hatiku
getargetar serupa nampak
kala menemukannya menggambari
pelangi pada perempuan bulan
yang berawan— dan perawan


15


‘kamu ilalang,
                        dan aku telah menemui namamu’



pada pertigaan kemarau bulan
ke delapan, beburungan bersyair


pada seraut gelas bekas
kerinduan, meleleh pada
namanya aku memanggil


‘kamu ilalang,
                        dan pada separuh namamu-lah, aku ada’



namanya: 'asmara'
Banyumas, 27 Juli 2014  

You Might Also Like

3 COMMENTS

  1. Mengapa sendu kala merindu?
    Mengapa gempa harus diredam?
    Biarkan segalanya mengalami sebagai jasadi.
    Sebab hidup ada harga untuk asmara:
    pertemuan-perpisahan, penyatuan-atau terburai.

    BalasHapus
  2. apa cuma aku doang yang gak ngerti maksud tulisan ini .-. oh tidak hahahaha

    BalasHapus
  3. daritadi baca yg postingan awal keren2 puisinyaa cuma saya gangerti arti nya -__-

    BalasHapus

Hello, there! Welcome to harianiseng. Have you travel around here a lot, and get lost? Make sure to pay a visit later! Love.

FRIENDS OF MINE

Subscribe